News Update

Ciptakan Bankir Hebat, PSF Gandeng HSBC

Jakarta – Putera Sampoerna Foundation (PSF) dan Bank HSBC Indonesia melalui Sampoerna University untuk kedua kalinya mengadakan Training of Trainers (ToT) bagi dosen-dosen keuangan dan perbankan dengan fokus pada financial deepening atau pendalaman finansial.

Hal ini dilandasi pada semakin meningkatnya kebutuhan akan bankir-bankir lokal yang memiliki kompetensi spesialis dan memahami layanan finansial perbankan modern, serta mampu mendukung pendalaman sektor finansial dan memperluas penggunaan instrumen keuangan di Indonesia.

Data terakhir dari Global Financial Development Database menunjukkan bahwa rasio kredit terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) di Indonesia pada 2014 masih menempati posisi terendah dibanding beberapa negara berkembang di Asia: Indonesia (36%), Tiongkok (141%), Malaysia (120.6%), Filipina (39.2%), Thailand (146.8%) dan Vietnam (100.3%). Hal ini menunjukkan  pendalaman finansial yang masih terbilang rendah.

Padahal, pendalaman finansial juga merupakan faktor determinan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Head of Corporate Sustainability HSBC Indonesia, Nuni Sutyoko mengatakan tantangan perkembangan industri keuangan dan perbankan Indonesia memunculkan kebutuhan profesional perbankan yang berkualifikasi lengkap. Hal ini mendorong perusahaan untuk turut membantu penguatan edukasi keuangan bagi tenaga pengajar di bidang perbankan dan keuangan, sehingga dapat mencetak lebih banyak lagi spesialis perbankan modern.

“Pelatihan ToT bagi para dosen ini difokuskan pada pengenalan materi ajar terkait aktivitas perbankan modern, baik untuk mendorong intermediasi finansial, maupun meningkatkan pendapatan non-bunga dari industri perbankan dalam rangka mendorong pendalaman finansial,” kata Nuni di Jakarta, Kamis 20 Juli 2017.

Sementara itu Project Manager Program Kerjasama HSBC-PSF sekaligus ekonom dari Sampoerna University Wahyoe Soedarmono menjelaskan pendalaman finansial untuk pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari penguatan peran perbankan sesuai dinamika ekonomi global dan domestik yang cepat berubah.

Oleh karena itu, diversifikasi produk selain kredit sangat diperlukan sebagai sumber pendapatan baru bagi perbankan.

“Selain memberikan dampak positif bagi perbankan dan publik karena hadirnya instrumen-instrumen keuangan yang makin beragam dalam mendorong pendalaman finansial, diversifikasi produk keuangan juga dapat menimbulkan peningkatan risiko perbankan. Pendidikan keuangan dan perbankan yang mengintegrasikan aspek perbankan dan pasar modal bersifat penting untuk menyiapkan bankir masa depan yang andal,” jelasnya. (*)

Dwitya Putra

Recent Posts

Daftar 5 Saham Pendorong IHSG Selama Sepekan

Poin Penting IHSG menguat 1,46 persen ke 8.632,76, mendorong kapitalisasi pasar BEI naik 1,39 persen… Read More

6 hours ago

OJK Tuntaskan Penyidikan Dugaan Tindak Pidana Kredit Fiktif di Bank Kaltimtara

Poin Penting OJK dan Polda Kalimantan Utara menuntaskan penyidikan dugaan tindak pidana perbankan di Bank… Read More

7 hours ago

Rapor Bursa Sepekan: IHSG Naik 1,46 Persen, Kapitalisasi Pasar Tembus Rp15.844 Triliun

Poin Penting IHSG naik 1,46 persen ke level 8.632,76, diikuti kenaikan kapitalisasi pasar 1,39 persen… Read More

8 hours ago

NII Melonjak 44,49 Persen, Analis Kompak Proyeksikan Kinerja BTN Bakal Moncer

Poin Penting NII BTN melonjak 44,49 persen yoy menjadi Rp12,61 triliun pada kuartal III 2025,… Read More

20 hours ago

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

21 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

22 hours ago