Market Update

Cerita Sukses PM Narendra Modi di India

oleh Agung Galih Satwiko

 

PASAR saham Asia meneruskan tren positif. Indeks Nikkei Jepang naik 1% dan Hang Seng Hongkong naik 0,9%. Sementara pasar saham Eropa dan AS melemah. DAX Index Jerman turun 0,7% dan S&P 500 di AS turun 0,1%.

Pertumbuhan ekonomi India pada Q1-2016 dilaporkan sebesar 7,9% yoy lebih tinggi dibandingkan Q4-2015 yang tercatat sebesar 7,2%. Kebijakan PM India Narendra Modi yang mengutamakan pembangunan infrastruktur dan belanja pertahanan, ditopang dengan inflasi dan tingkat bunga yang rendah telah memacu belanja fiskal dan belanja konsumen, sehingga membuat pertumbuhan ekonomi India melaju cepat. Pertumbuhan ekonomi India tersebut melampaui pertumbuhan ekonomi China Q1-2016 sebesar 6,7%, dan menegaskan posisi India sebagai salah satu macan Asia saat ini. Inflasi yang terkendali memberikan ruang bagi Reserve Bank of India untuk menurunkan tingkat bunga acuan sebanyak 150 bps sejak awal 2015, menjadi 6,5% saat ini, terendah dalam 5 tahun terakhir. Data ekonomi ini tentu akan memberikan amunisi yang cukup bagi PM India yang akan bertemu investor di AS minggu depan.

Pasar saham China melonjak tajam kemarin. Shanghai Composite naik 3,3% sementara Shenzen Composite naik 4,1%. Kenaikan tajam dalam sehari tersebut dikarenakan adanya rencana dimasukkannya sejumlah saham blue chip di China ke MSCI emerging market index. MSCI index merupakan indeks yang diacu oleh fund manager global. Dengan dimasukkannya saham China ke dalam indeks tersebut maka fund manager global juga harus menyesuaikan portofolionya dengan menyertakan saham China.

Ekspor Korea bulan Mei tercatat turun 6% yoy menjadi USD39,8 miliar. Penurunan ini merupakan penurunan bulanan ke-17 kalinya berturut-turut. Impor juga turun 9,3% yoy menjadi USD32,7 miliar, setelah bulan sebelumnya juga mencatat penurunan 14,9% yoy. Rendahnya transaksi perdagangan global, harga minyak yang rendah dan melambatnya pertumbuhan ekonomi China berdampak signifikan.

Data industrial output Jepang naik 0,8% bulan April (mom) melampaui estimasi Bloomberg consensus yang memperkirakan penurunan 1,5%. Data ini cukup positif mengingat bulan sebelumnya terjadi gempa di distrik Kumamoto dan Kyushu yang menghambat produksi pabrik-pabrik di Jepang.

Data flash estimate Eurostat untuk inflasi zona Eropa bulan Mei 2016 tercatat sebesar minus 0,1% (deflasi). Perkiraan ini sejalan dengan perkiraan Reuters dan sedikit lebih baik dibandingkan inflasi bulan April yang tercatat sebesar -0,2%. Namun demikian angka tersebut masih jauh dari target 2% ECB. Namun diperkirakan data ini tidak akan mengubah kebijakan ECB yang akan melakukan pertemuan kamis besok.

Dua polling terakhir yang dirilis kemarin yaitu dari Guardian dan ICM menunjukkan hal yang berkebalikan dari polling sebelumnya. Sebagian besar responden menunjukkan keinginan untuk keluar dari EU, walaupun dengan marjin yang tidak berbeda jauh (sekitar 52% Brexit vs 48% Bremain). GBP melemah dari USD1,47 menjadi USD1,45 per GBP pasca rilis hasil polling tersebut.

Dari AS belanja konsumen bulan April naik 1% ditopang oleh naiknya penjualan otomotif. Belanja konsumen meningkat didukung oleh membaiknya pasar ketenagakerjaan AS. Sementara itu inflasi AS bulan April sebagaimana diukur dengan PCE Index tercatat 1,1% yoy, naik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,8% yoy. Angka ini semakin membaik dan mengarah ke target 2% the Fed.

Harga minyak ditutup turun mengantisipasi pertemuan semesteran OPEC di Vienna besok yang diperkirakan tidak akan menghasilkan kebijakan yang signifikan. WTI crude untuk pengiriman Juli turun USD0,23 (0,5%) menjadi USD49,1 per barrel. Sementara Brent Crude untuk pengiriman Juli turun USD0,06 (0,1%) ke level USD49,7 per barrel.

Yield UST seharusnya naik setelah data ekonomi AS cenderung positif dan meningkatkan kemungkinan kenaikan Fed Fund rate bulan Juni atau Juli mendatang. Namun karena harga saham menurun, maka otomatis permintaan terhadap UST naik sehingga yield turun. Secara keseluruhan yield UST tidak berubah signifikan. Yield UST 10 tahun turun 1 bps ke level 1,83%. Sementara yield UST 30 tahun tetap di level 2,64%.

Pasar SUN kemarin ditutup stabil. Yield SUN tenor 10 tahun turun 1 bps ke level 7,87% (ytd turun 87 bps, akhir tahun lalu 8,74%). IHSG ditutup turun 39 poin (0,8%) ke level 4.796 (ytd 4,4%, akhir tahun sebesar 4.593). Investor asing membukukan net buy sebesar Rp379 miliar, sehingga year to date investor asing membukukan net buy sebesar Rp4,2 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah kemarin ditutup melemah Rp8 menjadi Rp13.648/USD. NDF 1 bulan ditutup melemah Rp8 ke level Rp13.713/USD. CDS 5 tahun naik 4 bps (persepsi risiko naik) ke level 193 bps. CDS Indonesia 5 tahun telah turun 37 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 230 bps. (*)

 

 

Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK

Paulus Yoga

Recent Posts

Bank Mandiri Perkuat Komitmen, Jadi Penyalur FLPP dengan Tingkat Keterhunian Terbaik

Jakarta - Bank Mandiri terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung program 3 juta rumah yang diinisiasi… Read More

2 hours ago

3 Rekomendasi Tempat Liburan Akhir Tahun, Gak Kalah Seru!

Jakarta – Akhir tahun menjadi momen yang cocok untuk menghabiskan liburan bareng keluarga. Jika Anda… Read More

4 hours ago

Pemerintah Siapkan Rp20 Triliun untuk Kredit Investasi Padat Karya, Ini Syaratnya

Jakarta – Pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp20 triliun untuk kredit investasi padat karya pada tahun 2025. Anggaran… Read More

6 hours ago

Ada 22 Perusahaan Antre IPO, Mayoritas Beraset Jumbo

Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat per 20 Desember 2024, terdapat 22 perusahaan… Read More

7 hours ago

Banggar Beberkan Solusi Strategis Antisipasi Risiko Kenaikan PPN 12 Persen

Jakarta - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah meminta pemerintah melakukan mitigasi risiko… Read More

7 hours ago

Libur Natal, 1,1 Juta Kendaraan Tinggalkan Jabodetabek

Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk. mencatat sebanyak 1.170.098 kendaraan meninggalkan wilayah Jabotabek pada… Read More

7 hours ago