Purwokerto — Kejahatan siber menjadi perihal yang masih menjadi masalah bagi dunia korporasi. Dalam data yang dikeluarkan oleh ESET Indonesia, bahwa studi Identity Theft Resource Center (ITRC) sampai bulan Juli 2018, menyatakan, telah terjadi 668 kasus kejahatan siber dengan total data hilang mencapai lebih dari 22 juta di seluruh kategori, termasuk lembaga keuangan.
Ternyata, besarnya data yang hilang menunjukkan rentannya pertahanan banyak korporasi dunia terhadap serangan melalui jaringan. Di tengah perkembangan teknologi yang kian mutakhir, muncul solusi yang bisa digunakan untuk mencegah dan mendeteksi serangan siluman, yaitu teknologi analisis lalu lintas jaringan (Network analysis).
Secara garis besar, cara kerja analisis lalu lintas jaringan adalah memonitor seluruh transaksi data pada sebuah jaringan yang terhubung. Lalu, administrator jaringan dapat dengan mudah membuka port yang dibutuhkan, sehingga seluruh data dapat dianalisa secara real time.
Jika ingin menganalisis lalu lintas jaringan secara lebih menyeluruh dan memantau aktivitas, pengguna, aplikasi, host, dan lain-lain, perusahaan memerlukan alat dengan Deep Packet Inspection (DPI) atau inspeksi paket mendalam untuk menelusuri dan melihat lalu lintas tertentu secara terperinci, mengidentifikasi data, dan melakukan pelaporan dini jika ada sesuatu yang dicurigai.
Dengan analisis lalu lintas jaringan menggunakan paket yang lebih mendalam, korporasi dapat mengidentifikasi masalah secara dini, termasuk bila terjadi sebaran data yang mencurigakan, seperti malware dan ancaman serangan digital, serta mengukur kemacetan dalam jaringan, melihat aplikasi apa yang memonopoli sumber daya dan bandwidth, dan memperingatkan administrator untuk tren perubahan nama file yang merupakan indikator khas serangan ransomware.
“Dari sisi keamanan, jaringan dia bisa tau dan mendeteksi ransomware, malware tidak dikenal serta bisa tau ancamam dari dalam. Nanti dikasih peringatan dari email ke teknisi korporasi. Hanya membuat peringatan. Jadi bisa mencegah,” papar Harya Aditia Wiguna, Technical Support PT Prosperita – ESET Indonesia, di Purwokerto, Sabtu (11/08).
ESET Indonesia, dengan GreyCortex, yaitu solusi yang menyediakan kebutuhan analisa keamanan data canggih dan tidak membutuhkan instalasi ke setiap komputer, cukup terhubung ke jaringan melalui switch inti dan port monitor atau mirroring, selanjutnya akan bekerja memonitor seluruh jaringan tanpa terkecuali. Solusi Greycortex tidak mengganggu dan tidak berdampak pada kinerja jaringan saat menganalisis lalu lintas jaringan, cepat digunakan, dan mudah dikelola.
GreyCortex menerapkan AI (Artificial Intelligence) untuk menganalisis data, serta memiliki database daftar hitam lebih dari 100.000 alamat IP dan lebih dari 45.000 deteksi signature (deteksi risiko dan ancaman yang diketahui) aktif dalam 40 kategori yang terus diperbarui setiap saat. Dengan kombinasi ini, GreyCortex dapat bekerja secara efektif dan memisahkan mana yang mengancam dan tidak. Selain itu, jaringan juga tidak dibebani oleh lalu lintas yang berlebihan karena penggunaan data yang diminimalisir sesuai dengan kebutuhan. (Ayu Utami)
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More