Jakarta – Salah satu pasar aset kripto, yakni Bitcoin pada perdagangan hari ini (5/11) pukul 08.00 WIB berada di kisaran level USD68.000 atau turun setelah sempat menyentuh level USD73.600 dalam seminggu terakhir.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, mengatakan bahwa, terdapat aksi profit taking setelah Bitcoin mendekati harga all time high (ATH) pada posisi USD73.750 dan membawa Bitcoin kembali turun ke bawah USD69.000.
“Dari perspektif teknikal, BTC potensi akan melemah terlebih dahulu ke MA-50 di sekitar USD65.500, sekaligus menjadikan area ideal untuk buy the dip. Jika berhasil rebound, maka kemungkinan BTC kembali dapat melanjutkan reli ke atas USD70.000,” ucap Panji dalam risetnya di Jakarta, 5 November 2024.
Baca juga: Soal Peralihan Pengawasan Kripto dari Bappebti ke OJK, Begini Updatenya
Panji menjelaskan, pasar aset kripto tengah memasuki pekan krusial dengan sorotan pada dua peristiwa besar, di antaranya pemilihan umum Amerika Serikat (AS) dan keputusan suku bunga Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).
Puncak persaingan antara Donald Trump dan Kamala Harris akan berlangsung pada Selasa (5/11). Sementara itu, FOMC akan mengadakan rapat antara Rabu (6/11) dan Kamis (7/11) untuk menentukan kemungkinan penurunan suku bunga berikutnya.
Dalam lanskap politik AS terlihat bahwa semakin terkait erat dengan industri aset kripto, pasalnya Pemilu AS juga akan menjadi penentu arah regulasi aset kripto, dengan SEC dan CFTC mengambil pendekatan yang berbeda.
“Para investor kini mengamati Pemilu AS dengan harapan perubahan kepemimpinan akan mendukung inovasi di sektor aset digital,” imbuhnya.
Hal itu terlihat dari data historis yang menunjukkan bahwa harga Bitcoin cenderung naik setelah pemilihan umum AS pada pemilu 2020, di mana Bitcoin naik 28,24 persen sebelum pemilu dan 42,06 persen setelahnya, sedangkan pada pemilu 2016, kenaikannya masing-masing sebesar 14,99 persen dan 8,43 persen.
Baca juga: 30 Perusahaan Resmi Bergabung di Bursa Kripto CFX, Simak Daftarnya
Adapun, FOMC AS juga kemungkinan akan meningkatkan sentimen pasar, dengan data ekonomi terbaru menunjukkan penurunan suku bunga Fed sebesar 25 bps atau 0,25 persen pada minggu ini.
Lalu, data dari CME GROUP menunjukkan kemungkinan besar bahwa pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 6-7 November akan diprediksi terjadi pemotongan suku bunga 0,25 persen, menurunkan Fed Funds Rate dari 4,75 persen menjadi 4,50 persen.
Dengan suku bunga Fed target akan turun ke kisaran 4,25-4,50 persen pada akhir tahun 2024, sementara hampir 80 persen memperkirakan penurunan lebih lanjut menjadi 3,0-3,50 persen pada akhir tahun 2025. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan biaya pendidikan yang signifikan setiap tahun, dengan… Read More
Jakarta - Koordinator Aliansi Masyarakat Tekstil Indonesia (AMTI) Agus Riyanto mengapresiasi langkah cepat Presiden Prabowo… Read More
Jakarta - Kandidat Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris dan Donald Trump, saat ini tengah bersaing… Read More
Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah menggodok Peraturan Pemerintah (PP) perihal hapus tagih… Read More
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan rata-rata upah buruh di Indonesia per Agustus 2024… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (5/11) berakhir ditutup pada zona… Read More