Ekonomi Digital

Cashless Beri Keamanan dan Efisiensi saat Mudik Lebaran

Jakarta – Fenomena pembayaran secara cashless atau non-tunai menjadi solusi gaya hidup masyarakat modern yang membutuhkan kemudahan dan efisiensi. Selain menawarkan kepraktisan dan efisiensi, tren cashless juga memiliki keuntungan karena rekam jejak digital bisa memudahkan pencatatan keuangan. Tidak hanya itu, pembayaran cashless juga bisa menghemat waktu karena tidak perlu repot menunggu uang kembalian saat bertransaksi. Terlebih, tren cashless juga menekan potensi kerugian negara yang diakibatkan oleh peredaran uang palsu di tengah masyarakat.

Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengatakan digitalisasi kini menjadi suatu keniscayaan bagi semua sektor termasuk sektor transportasi. Di era digitalisasi seperti saat ini, mau tidak mau, membuat masyarakat harus bisa merubah kebiasaan menuju suatu yang lebih efisien, lebih mudah, atau lebih simple.

“Bicara digitalisasi, kita harus bersyukur bahwa ketika pandemi melanda negara kita dan global memberikan hikmah berupa dorongan bertransformasi secara digital, mulai dari membeli tiket hingga melakukan check-in saat perjalanan,” kata Adita dalam sebuah webinar bertema Mudik Aman dan Nyaman dengan Cashless dikutip 18 April 2023.

Adita menambahkan, berbicara cashless menjadi sesuatu yang menarik, dan ini memberi manfaat positif bagi sektor transportasi. Cashless memberikan lebih banyak tranparansi, bisa menghindari pungutan liar, dan dari sisi pengguna lebih efisienefisien, lebih simple, sehingga memberi kenyamanan dalam perjalanan mudik.

“Cashless sebagai anak digitalisasi adalah suatu keniscayaan. Cashless membantu mudik lebih lancar. Pembayaran non tunai bisa menguaraikan kepadatan di simpul-simpul transportasi, seperti di bandara dan pelabuhan. Pembayaran yang menggunakan cashless memudahkan dalam mudik, termasuk di rest area, dan diharapkan pihak operator telekomunikasi bisa mendukung dalam penerapan cashless saat mudik,” ujar Adita.

Direktur Angkutan Jalan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Suharto menjelaskan, untuk tahun ini terkait mudik gratis pihaknya mencoba untuk menyajikan aplikasi Mitra Darat untuk pendaftaran bagi masyarakat yang ingin menikmati layanan mudik gratis. Dari Mitra Darat ini, lanjut Suharto, pihaknya merasakan dibanding tahun-tahun sebelumnya masih ada kuota kurang.

“Tahun ini kami mencoba bagaimana menyiasati bahwa masyarakat yang benar-benar ingin menggunakan bis ini adalah benr-benar masyarakat yang membutuhkan bukan sekedar coba-coba ingin mengikuti mudik gratis, kami sudah koordinasi dengan Dishub DKI Jakarata dan yang lainnya, setidaknya saat ini ada 1.600 data yang mendaftar mudik gratis dibeberapa lokasi. Sehingga dengan adanya aplikasi Mitra Darat ini kami sudah bisa mengetahui siapa saja  hanya sekedar iseng-iseng mendaftar mudik gratis,” ungkap Suharto.

Ia juga menegaskan sekaligus menghimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembelian tiket secara langsung atau go-show. Hal ini dilakukan demi kelancaran dan kenyamanan masyarakat saat mudik.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Pengelolaan Media Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Nursodik Gunarjo menuturkan bahwa mudik merupakan tradisi tetap yang sudah menjadi the part of our life being. Karena sifatnya berulang, masyarakat seyogyanya sudah memiliki skill mudik yakni pengetahuan tentang mudik, bagaimana menyikapi mudik, dan bagaimana berperilaku saat mudik.

“Kita sudah melakukan mudik berulang kali, ratusan kali, kalau bahasa Jawanya mudik sudah berkali-kali tapi ora pinter-pinter. Artinya sampai saat ini pun kita masih terus belajar bagaimana melaksanakan mudik secara baik karena dinamika situasi dan kondisi mudik membuat masyarakat harus terus dididik agar memiliki skill mudik yang baik melalui sosialisasi,” tambah Nursodik.

Dirinya mengungkapkan bahwa tahun ini, mudik saat Lebaran menjadi mudik yang Critical. Hal ini dikarenakan berdasarkan data Kemenhub menyebut bahwa masyarakat yang akan melakukan perjalanan mudik Lebaran pada 2023 diprediksikan mencapai 123,8 juta orang. Sedangkan tahun lalu hanya 85,5 juta orang.

“Artinya ada lonjakan pemudik yang sangat signifikan, yang luar biasa. Moda transportasi yang digunakan juga luar bisa besar. Ada 27,32 juta orang pemudik diprediksikan menggunakan mobil pribadi dan 25,13 juta pemudik menggunakan motor, dprediksikan juga 22,7 juta pemudik menggunakan bus, dan 14,47 juta menggunakan kereta api, dan menyewa mobil sekitar 9,53 juta,” jelas Nursodik.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) Jahja Setiaatmadja pun menyatakan bahwa pihaknya siap mendukung berbagai kebutuhan saat mudik dengan layanan cashless melalui aplikasi BCA mobile. BCA siap dukung berbagai kebutuhan Ramadan lewat fitur lifestyle  termasuk untuk membayar Zakat serta untuk melakukan belanja harian. Bagi bagi THR juga lebih mudah melalui fitur BagiBagi di aplikasi BCA mobile.

“Bayar tagihan saat mudik, cukup dengan mBCA atau BCA mobile. Cek transaksi, sisa limit dan upgrade limit Kartu Kredit cukup melalui myBCA atau BCA mobile. Bayar ini itu saat mudik bisa dengan QRIS di myBCA atau BCA mobile,” ucap Jahja 

Ia pun mengingatkan agar nasabah BCA untuk selalu melakukan Cek Saldo dan Top Up Flazz sebelum masuk toll. Top up saldo menggunakan aplikasiBCA mobile juga memudahkan nasabah. “Jika kartu Flazz BCA hilang, jangan khawatir. Jika kartu hilang saat mudik, segera kontrol transaksi atau blokir melalui myBCA atau BCA mobile,” tegasnya.

Menurutnya, transaksi cashless tumbuh pesat, dan bulan Ramadan biasanya meningkatkan transaksi bulanan nasional sebesar 8 – 9% dibandingkan periode normal. ” Dukungan regulasi dari BI meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk bertransaksi cashless,” ujarnya.

Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (ASDP) Ira Puspadewi mengakui bahwa pengunaan cashless untuk pembelian tiket sudah dimulai sejak Agustus 2018 dan pada awalnya tentu tidak mudah. Konsumen ASDP tentunya beragam dan banyak di daerah timur dimana ketersediaan infrastruktur beda dengan di pulau Jawa dan Bali.

“Itu adalah tantangan bagi ASDP, tantangan yang lain saat penerapan cashless adalah taraf perekonomian masyarakat. Tahun 2018 kami mulai cashless penolakannya luar biasa tetapi kami tidak boleh mundur dan kami memang saat itu melaksanakannya di saat musim Lebaran, dan pertama kali diterapkan di lintasan tersibuk Merak-Bakauheni pada saat peak season,” papar Ira.

Saat ini, lanjut Ira, dirinya mengakui masih ada saja masyarakat yang protes karena diterapkannya digitalisasi pembayaran tiket ASDP. Masih ada masyarakat yang tetap bersikeras untuk melakukan go-show pembelian tiket. Namun ASDP tetap mengedepankan cashless.

“Tahun ini tentunya minat mudik sangat besar, apalagi PPLM sudah dicabut. Dibandingkan tahun lalu, pada 2023 prediksi pemudik mencapai 182 juta lebih, padahal tahun 2022 hanya sekitar 85 juta. Sehingga menurut kami pelayanan menggunakan cashless adalah hal yang mutlak untuk dilakukan karena hal ini untuk kenyamanan semua orang. Pandemi covid memberikan kesempatan bagi kita untuk mengakselerasi cashless dan digitalisasi,” jelas Ira.

Ira memaparkan, di pelabuhan Merak pada tahun 2022 tingkat V/C Ratio (rasio puncak arus mudik terhadap kapasitas total) angkutan Lebaran di pelabuhan berada di angka 0,77, sedangkan pada 2023 V/C Ratio berada di angaka 0,60.

“Prinsipnya, kalau V/C Ratio itu angkanya 1,0 berarti macetTahun ini V/C Ratio membaik karena makin turun. Bayangkan kalau konsumen masih menggunakan uang tunai, tentu antrian di pelabuhan pasti akan panjang. Kita ingin pastikan, dengan layanan digitalisasi yakni reservasi online dan cashless V/C Ratio akan terus menurun sehingga memberikan kenyamanan pada konsumen,” tutur Ira.

Ira juga mengingatkan bahwa pihaknya tidak melayani penjualan tiket di pelabuhan. Terhitung mulai 1 Mei 2020 sudah tidak ada lagi penjualan tiket di Pelabuhan Merak, Pelabuhan Bakauheni, Pelabuhan Ketapang, dan Pelabuhan Gilimanuk. Selain itu, pengguna jasa ASDP wajib memiliki tiket 1 hari sebelum keberangkatan (H-1). Masyarakat juga dapat membeli tiket online Ferizy sejak H-60.

Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio mengatakan bahwa untuk masalah cashless ini tentunya harus total. “Saya paham, seperti halnya penerapan Ferizy, tentunya perlu waktu karena banyak pihak yang terlibat di dalamnya, dan yang paling penting lagi untuk angkutan-angkutan Lebaran lainnya itu manifes penumpang harus diperhatikan, harus ada, agar konsumen bisa mendapatkan santunan jika terjadi kecelakaan, dan untuk mendukung cashless pemerintah perlu untuk meningkatkan konektivitas,” tutul Agus. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Bertemu Sekjen PBB, Prabowo Tegaskan Komitmen RI Dukung Perdamaian Dunia

Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia untuk mendukung upaya PBB dalam mewujudkan perdamaian dan keadilan internasional. Termasuk… Read More

18 mins ago

OJK Catat Outstanding Paylater Perbankan Tembus Rp19,82 Triliun

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding paylater atau Buy Now Pay Later (BNPL) di perbankan… Read More

22 mins ago

Perkuat Inklusi Asuransi, AAUI Targetkan Rekrut 500 Ribu Tenaga Pemasar di 2025

Jakarta - Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menargetkan jumlah agen asuransi umum mencapai 500 ribu… Read More

38 mins ago

PermataBank Bidik Bisnis Wealth Management Tumbuh Double Digit di 2025

Jakarta – Di tengah fenomena makan tabungan alias mantab akhir-akhir ini, pertumbuhan antara ‘orang-orang tajir’… Read More

1 hour ago

Kredit UMKM Kian Melambat, OJK Beberkan Penyebabnya

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut tren pertumbuhan UMKM cenderung melambat, sejalan dengan risiko kredit UMKM… Read More

2 hours ago

OJK Ungkap Dampak Negatif Perbedaan Inklusi dan Literasi Keuangan Indonesia

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti pentingnya peningkatan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia… Read More

2 hours ago