Perbankan

CASA Jadi Senjata Bank Jago Hadapi Kenaikan Suku Bunga

Jakarta – PT Bank Jago Tbk (ARTO) dinilai lebih siap menghadapi kenaikan suku bunga karena memiliki Dana Pihak Ketiga (DPK) yang didominasi oleh dana murah. Analis memperkirakan biaya dana atau cost of fund Bank Jago tidak akan meningkat signifikan pada akhir tahun ini dan tahun depan.

“Bank Jago adalah bank digital yang paling siap menghadapi kenaikan suku bunga karena porsi dana murahnya yang besar,” kata Analis Pasar Modal dari RHB Sekuritas, Andrey Wijaya dikutip 24 Oktober 2022.

Menurut Andrey, Bank Jago telah mempersiapkan diri untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi pada tahun depan. Salah satunya adalah perbaikan pada struktur biaya dana dengan peningkatan signifikan pada CASA.

Seperti diketahui, kenaikan suku bunga akan terasa di deposito. Nasabah tentunya berharap imbal hasil tinggi seiring kenaikan suku bunga acuan BI. Sementara di produk giro dan tabungan, kenaikan suku bunga tidak akan banyak. Artinya, nasabah CASA tidak mencari bunga. Mereka mencari layanan perbankan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Dengan kondisi tersebut, menurut Andrey bank Jago kedepan akan menjadi salah satu bank yang paling kuat menghadapi gejolak ekonomi. “Selain itu, Bank Jago sudah mencatat keuntungan sehingga lebih bertahan dalam menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi,” terangnya.

Hingga akhir September 2022, Bank Jago sendiri berhasil menghimpun DPK Rp 7,28 triliun, tumbuh 186% dibandingkan setahun lalu yang tercatat Rp2,54 triliun. Dalam DPK ini peningkatan signifikan terjadi pada produk tabungan dan giro (current account, savings account/CASA) yang meningkat  422% menjadi Rp5,14 triliun. Adapun deposito tumbuh 38% menjadi Rp2,14 triliun. Hal ini membuat rasio CASA terhadap total DPK mencapai 71%.

Peningkatan CASA ini sejalan dengan pertambahan jumlah nasabah Bank Jago. Hingga akhir September 2022, jumlah nasabah funding mencapai 4,2 juta, tumbuh 3 kali lipat dalam 9 bulan atau akhir 2021 yang tercatat 1,4 juta nasabah.

Tidak heran, Bank Jago berhasil menurunkan biaya dana (cost of fund) hingga ke 2% pada akhir kuartal III-2022. Dengan modal biaya dana yang rendah, bank digital ini mampu menyalurkan kredit dengan yield tinggi dengan berkolaborasi dengan mitra usaha. Kolaborasi ini dinamakan sebagai kerja sama pembiayaan atau partnership lending. Hasilnya, Bank Jago berhasil menjaga NIM di level 10,5%.

Sementara itu, pengamat ekonomi dan perbankan dari Binus University, Doddy Ariefianto mengatakan, tahun 2023 akan menjadi tahun yang berat untuk semua pelaku bisnis, termasuk perbankan. Hal ini seiring tingginya inflasi yang terjadi di berbagai belahan dunia. Hal ini tentunya mendorong suku bunga ikut meningkat baik di AS maupun di dalam negeri.

“Kita dihadapkan oleh situasi-situasi yang diikuti dengan pengetattan moneter. Ini jelas tidak kondusif bagi ekonomi. Saya perkirakan inflasi aka berada di 6-7% tahun ini,” ujarnya.

Melihat kondisi demikian, ia pun meyakini hanya bank-bank yang memiliki rasio kecukupan modal (CAR) besar lah yang paling siap dan bisa bertahan di dalam kondisi demikian.

Hingga akhir September 2022, rasio likuiditas atau LDR Bank Jago tercatat pada 112% dengan CAR berada di 97%. Bank Jago memiliki modal Rp8,3 triliun yang cukup mendanai ekspansi bisnis bertahun-tahun ke depan.

“Itu tidak ada masalah dari sisi kesehatan dan kuat. Karena saat ini yang penting modal. Likuiditas masih bisa dicari, kasih bunga orang mau masuk,” terangnya.

Sebagai informasi, Bank Jago berhasil meraih pendapatan bunga dan pendapatan syariah sebesar Rp1,08 triliun pad kuartal III-2022, meningkat 205% secara yoy. Sementara itu, beban bunga hanya Rp101 miliar, naik 166% secara yoy. Alhasil pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) tercatat Rp984 miliar atau tumbuh 210% secara tahunan.

Bukan hanya pendapatan, Bank Jago juga berhasil menurunkan rasio kredit bermasalah (net perfoming loan/NPL) bruto dari 2,7% pada kuartal II-2022 menjadi 2,1% pada kuartal III-2022. Hasilnya, Bank Jago mencatatkan laba bersih Rp41 miliar pada 2022 hingga akhir kuartal III-2022. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

IHSG Dibuka pada Zona Merah ke Level 7.151

Jakarta - Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (18/11) Indeks Harga Saham Gabungan… Read More

28 mins ago

Harga Emas Antam Naik Rp8.000, Sekarang Segram Dibanderol Segini

Jakarta -  Harga emas Antam atau bersertifikat PT Aneka Tambang hari ini, Senin, 18 November… Read More

46 mins ago

IHSG Berpotensi Melemah, Simak 4 Saham Rekomendasi Analis

Jakarta - MNC Sekuritas melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara teknikal pada hari… Read More

2 hours ago

PLN Perkuat Kolaborasi dan Pendanaan Global untuk Capai Target 75 GW Pembangkit EBT

Jakarta - PT PLN (Persero) menyatakan kesiapan untuk mendukung target pemerintah menambah kapasitas pembangkit energi… Read More

14 hours ago

Additiv-Syailendra Capital Perluas Distribusi Produk Keuangan

Jakarta - Additiv, perusahaan penyedia solusi keuangan digital, mengumumkan kemitraan strategis dengan PT Syailendra Capital, salah… Read More

14 hours ago

Banyak Fitur dan Program Khusus, BYOND by BSI Raih Respons Positif Pasar

Jakarta – Super App terbaru dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), yaitu BYOND by… Read More

19 hours ago