Ekonomi dan Bisnis

Cadangan Nikel Melimpah, RI Siap Produksi Baterai Mobil Listrik di Kuartal II-2024

Bali – Cadangan bijih nikel Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Bahkan, jumlahnya disinyalir mencapai 23,7% dari cadangan nikel dunia. Potensi ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk memproduksi baterai mobil listrik yang akan dimulai pada 2024.

Indonesia dinilai sebagai negara dengan rantai pasok baterai kendaraan listrik global. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun menegaskan, bahwa proses produksi baterai mobil listrik akan dimulai pada kuartal II-2024. 

“Sekarang sudah jalan. Saya sudah bilang 2024 pada kuartal dua atau tiga kita akan produksi baterai kita sendiri,” ujarnya saat ditemui di Nusa Dua, Bali, Rabu, 9 November 2022.

Lebih lanjut Luhut mengungkapkan bahwa dalam memproduksi baterai mobil listrik atau electric vehicle (EV) itu, pihaknya akan menggandeng sejumlah perusahaan, seperti Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL), LG, dan tidak menutup kemungkinan dengan industri lainnya.

Saat ini Indonesia sudah dilirik oleh sejumlah perusahaan besar dunia berinvestasi terkait mobil listrik. Pertengahan tahun ini, LG Electronics berminat untuk merelokasi pabrik mobil listriknya dari China ke Indonesia dengan nilai investasi diperkirakan mencapai US$9,8 miliar.

Sebelumnya, perusahaan baterai listrik terintegrasi asal China, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd juga menanamkan investasi sebesar USD5,2 miliar.

Berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) nilai investasi CATL mendekati US$6 miliar untuk pengerjaan proyek terintegrasi, mulai dari penambangan nikel hingga daur ulang baterai electric vehicle.

Diketahui, Indonesia telah dikenal sebagai produsen nikel terbesar dunia dengan memiliki 23,7% porsi cadangan bijih nikel dari seluruh cadangan dunia, sehingga mampu memproduksi bijih nikel dalam jumlah besar secara berkelanjutan.

Selain itu, Indonesia juga memiliki cadangan kobalt yang besar sebagai salah satu bahan utama yang diperlukan untuk membuat baterai. Cadangan nikel dan kobalt yang besar akan mempengaruhi produksi baterai dikarenakan komponen kobalt dan nikel mencakup kurang lebih 90% dari total komponen baterai. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Jasa Marga Catat 1,5 Juta Kendaraan Tinggalkan Jabotabek hingga H+1 Natal 2025

Poin Penting 1,56 juta kendaraan meninggalkan Jabotabek selama H-7 hingga H+1 Natal 2025, naik 16,21… Read More

10 hours ago

Daftar Lengkap UMP 2026 di 36 Provinsi, Siapa Paling Tinggi?

Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More

16 hours ago

UMP 2026 Diprotes Buruh, Begini Tanggapan Menko Airlangga

Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More

17 hours ago

Aliran Modal Asing Rp3,98 Triliun Masuk ke Pasar Keuangan RI

Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More

17 hours ago

Harga Emas Antam, Galeri24, dan UBS Hari Ini Kompak Naik, Cek Rinciannya

Poin Penting Harga emas Galeri24, UBS, dan Antam kompak naik pada perdagangan Sabtu, 27 Desember… Read More

18 hours ago

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

2 days ago