Shifting behavior konsumen yang terjadi secara cepat dan masif memaksa industri perbankan dan keuangan melakukan shifting proses bisnis melalui digital transformation. Memanfaatkan big data untuk mendapatkan mobile insight menjadi pilihan smart untuk mem-boosting bisnis perusahaan.
Dalam 10 tahun terakhir dunia mengalami perubahan yang sangat cepat. Hampir semua sektor kehidupan dan bisnis mengalami perubahan. Hal ini dipicu oleh perubahan perilaku (behavior) masyarakat yang terjadi secara masif. Digitalisasi yang terjadi secara cepat dan tingginya pertumbuhan generasi milenial (Gen Y) menjadi dua faktor pemicu utama.
Di Indonesia, digitalisasi secara cepat dan masif terjadi berkat dukungan mobile phone yang tersebar merata dan jaringan internet yang semakin mudah diakses. Bayangkan, dari total populasi penduduk Indonesia sebanyak 272,1 juta jiwa, 64%-nya atau sebanyak 175,4 juta jiwa sudah terkoneksi dengan jaringan internet. Akses internet sebagian besar melalui mobile phone yang jumlahnya melebihi populasi penduduk, yakni sebanyak 338,2 juta koneksi mobile phone.
Pertumbuhan jumlah generasi milenial yang tinggi juga membawa impact yang merata hampir di semua sektor kehidupan dan bisnis di Indonesia. Menurut data
Biro Pusat Statistik (BPS), tahun
2018 jumlah generasi milenial di Indonesia mencapai 90 juta jiwa. Kehadiran mereka, dengan dukungan infrastruktur dan jaringan internet yang semakin luas, semakin mempercepat terjadinya perubahan. Disruption terjadi hampir di semua sektor.
Perubahan semakin dipercepat dalam tiga bulan terakhir sejak muncul pandemi Covid-19 yang memaksa semua orang untuk terkoneksi dengan orang lain secara online karena kebijakan social distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Aktivitas dan transaksi online yang sedang mengalami tren kenaikan semakin menemukan momentumnya.
Industri perbankan dan keuangan yang sedang melakukan transformasi digital sejak memasuki era industri 4.0 semakin terdorong untuk mempercepat shifting ke digital. Digitalisasi, pertumbuhan generasi milenial, dan adanya pandemi Covid-19 benar-benar mengubah perilaku konsumen di industri perbankan dan keuangan.
“Sebelum pandemi Covid-19, transaksi digital di bank-bank besar sudah mencapai 96% sampai 98,5%. Sementara transaksi di cabang hanya 1,5% sampai 4%. Sekarang, trennya mengalami peningkatan karena mayoritas konsumen melakukan transaksi dari rumah dengan smartphone mereka,” ujar Eko B. Supriyanto, Direktur Biro Riset Infobank, saat menjadi narasumber dalam Webinar “How Banking & Financial Industry Manages to Grow Business Using Digital Transformation”, Rabu, 24 Juni 2020.
Shifting nasabah dalam melakukan transaksi perbankan maupun transaksi keuangan lainnya semakin dipercepat dengan munculnya pandemi Covid-19. Bahkan, pendemi yang sudah muncul sejak akhir tahun 2019 lalu itu mengubah landscape permasalahan di industri perbankan menjadi semakin banyak dan kompleks. Covid-19 semakin medisrupsi industri perbankan yang sudah terjadi sejak empat tahun terakhir.
Setidaknya, saat ini ada dua sumber tekanan di industri perbankan nasional yang merupakan impact dari pandemi Covid-19. Pertama, tekanan likuiditas. Kedua, kolektabilitas. Posisi kredit yang direstrukturisasi mencapai Rp600 triliun dan dikhawatirkan mendatangkan tekanan gelombang kedua setelah bank-bank melakukan judgement kredit mereka.
Tantangan yang juga mesti mendapat perhatian serius industri perbankan adalah perubahan ekspektasi nasabah, khususnya nasabah dari kelompok generasi milenial yang jumlahnya mencapai 90 juta lebih. “Loyalitas mereka ke bank sangat rendah. Mereka akan dengan cepat pindah bank untuk mendapatkan layanan yang lebih mudah, lebih cepat, lebih akurat, lebih aman, dan lebih murah,” ujar Eko.
Dengan tantangan yang lebih banyak dan kompleks, industri perbankan suka tidak suka, mau tidak mau, harus melakukan akselerasi digitalisasi dengan memanfaatkan infrastruktur dan solusi digital untuk memenuhi ekspektasi nasabah sekaligus mengatasi tekanan kolektabilitas. Sebab, dalam kondisi apapun, termasuk dalam kondisi pandemi Covid-19, bisnis harus terus berjalan dan bertumbuh.
“Ada kebutuhan mendesak untuk mendorong akselerasi digitalisasi pada sektor keuangan, apalagi di masa yang tidak pasti akibat pandemi Covid-19 ini. Orang melakukan semua aktivitas dari rumah dengan smartphone mereka. Bank dan lembaga keuangan lainnya membutuhkan informasi apa yang diinginkan mereka sebelum mengambil keputusan,” ujar Mia Melinda, Vice President Data Solution Telkomsel – Managing MSIGHT Business.
Memanfaatkan third party data dalam bentuk smart data analytics sebelum mengambil decision menjadi pilihan cerdas bagi industri perbankan dan keuangan. Langkah ini selain sebagai solusi untuk mengetahui apa yang diinginkan nasabah, sekaligus sebagai langkah mitigasi risiko ketika akan menyalurkan pembiayaan atau mengeluarkan produk atau layanan baru.
Salah satu alternatif solusi yang menawarkan smart data analytics adalah produk MAXight (Mobile Audience InXight & Analytics) yang dikeluarkan oleh MDMedia, salah satu anak usaha Telkom. Solusi yang ditawarkan dalam bentuk insights tersebut merupakan hasil kolaborasi tiga provider papan atas Indonesia, yakni Telkomsel, XL Aviata, dan Indosat Ooredoo, di mana saat ini sudah mencapai 300 juta pengguna seluler.
Lewat dukungan tiga provider terbesar di Indonesia, data raksasa (big data) yang besar dan kompleks akan dianalisis dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk menghasilkan rekomendasi-rekomendasi. Dengan dukungan data yang sedemikian besar, insight yang dihasilkan akan lebih valid dan akurat. Setidaknya, ada empat hal yang bisa diperoleh dari analisis big data, yakni credit scoring service, fraud detection service, merchant assessment service, dan customer profilling service.
Mobile insights yang ditawarkan MAXight dapat digunakan untuk memperoleh tiga target penting, yakni riset ekonomi pemerintah, riset pasar, dan pengembangan bisnis. “Selain itu, mobile user insight dapat juga membantu mengetahui KYC (Know Your Customer) dan mendeteksi fraud dengan menverifikasi data yang dilakukan oleh pihak ketiga,” ujar Syaifudin, CEO MDMedia.
Dalam aktivitas marketing, agar lebih tepat sasaran, MAXight memungkinkan pemasangan iklan Digital Out Of Home (DOOH) benar- benar menjangkau target pasar yang diinginkan melalui insight tentang seberapa luas jangkauan
dan frekuensi yang akan diperoleh
di titik tersebut. Selain itu, MAXight juga disiapkan untuk memberikan solusi berbasis location insight. Solusi ini akan membantu bank dalam proses penentuan lokasi cabang atau customer touch point yang paling komersial, maupun evaluasi keberadaan lokasi cabang eksisting.
Misalnya, untuk membantu pengambilan keputusan pembukaan cabang baru, MAXight memiliki layanan riset yang dilakukan pada kota-kota di mana cabang baru tersebut direncanakan akan dibangun untuk memberikan insight apakah lokasi tersebut memenuhi kriteria.
Layanan ini bisa dicoba langsung melalui pendaftaran demo di maxight.id.
Dengan memiliki informasi valid dan akurat yang dianalisis dari big data menjadi modal utama korporasi perbankan dan keuangan di era industri 4.0 agar lebih kompetitif dan lebih aware dengan kebutuhan konsumen, utamanya konsumen dari generasi milenial yang akan menjadi pasar utama di industri ini. (*)
Jakarta - PT BPR Syariah BDS berkomitmen untuk memberikan pelbagai dampak positif bagi nasabahnya di Yogyakarta dan… Read More
Denpasar--Infobank Digital kembali menggelar kegiatan literasi keuangan. Infobank Financial & Digital Literacy Road Show 2024… Read More
Jakarta – Badan Gizi Nasional (BGN) menggandeng holding BUMN pangan ID FOOD dalam pelaksanaan program… Read More
Jakarta - PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) terus berupaya mendukung transformasi digital, khususnya bagi… Read More
Jakarta – STAR Asset Management (STAR AM) mengajak investor memanfaatkan peluang saat ini untuk berinvestasi… Read More
Jakarta - Dalam rangka mendukung upaya peningkatan literasi dan inklusi keuangan, BRI Insurance berkomitmen turut… Read More