News Update

Bunga Acuan Naik 50 Bps, BI Pede Kredit Masih Bisa Tumbuh 12%

Jakarta – Keputusan Bank Indonesia (BI) yang sudah menaikkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebanyak 50 basis points (bps) disepanjang periode Mei 2018, diperkirakan tidak akan berdampak terhadap pertumbuhan kredit perbankan yang dipatok double digit.

Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto, di Jakarta, Rabu, 30 Mei 2018. Menurutnya, Bank Sentral bersama regulator terkait akan melakukan pemantauan dari dampak kenaikan bunga acuan terhadap bunga kredit perbankan.

Dia menilai, kenaikan suku bunga acuan yang sebesar 50 bps disepanjang periode Mei 2018 ini, diprediksi tidak akan langsung berdampak ke suku bunga kredit perbankan, oleh sebab itu dirinya meyakini kredit masih dapat tumbuh pada level double digit.

“Pertumbuhan kredit ini kalau kita melihat kita masih belum lakukan perubahan berapa jumlah kredit yang akan tumbuh, masih tetep seperti semula,” ujarnya.

Baca juga: BI: Kenaikan Bunga Acuan, Belum Tentu Diikuti Bunga Kredit

Asal tahu saja, Bank Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit disepanjang tahun ini dapat berada pada rentang 10-12 persen dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) berada pada kisaran 9-11 persen hingga akhir tahun 2018.

Dirinya mengakui, petumbuhan kredit perbankan saat ini masih lambat. Di mana sampai dengan bulan Maret 2018 penyaluran kredit perbankan mengalami pertumbuhan 8,5 persen (yoy). Dia menilai, masih lambatnya pertumbuhan kredit ini lebih disebabkan karena permintaan.

“Kita melihat pertumbuhan kredit melambat, tapi lebih disebabkan oleh demand (permintaan) dan ini fungsinya adalah kaitannya dgn pertumbuhan. Kalau PDB kita meningkat itu pasti pertumbuhan kreditnya akan tumbuh juga,” ucapnya.

Di sisi lain, dirinya memastikan kepada industri perbankan, kendati Bank Sentral sudah menaikkan bunga acuannya sebanyak 50 bps, namun kebutuhan likuiditas dipasar masih mencukupi. Sehingga, dipastikan penyaluran kredit perbankan tidak akan terganggu.

“Kita BI terus memonitor likuiditas. Saya rasa dari sisi perbankan kita jamin kita akan selalu ada dipasar untuk kebutuhan likuiditas,” tutupnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

UMP 2026 Diprotes Buruh, Begini Tanggapan Menko Airlangga

Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More

6 mins ago

Aliran Modal Asing Rp3,98 Triliun Masuk ke Pasar Keuangan RI

Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More

38 mins ago

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

20 hours ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

20 hours ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

20 hours ago

Kredit BNI November 2025 Tumbuh di Atas Rata-rata Industri

Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More

22 hours ago