Jakarta – Ternyata bukan hanya Indonesia saja yang diuntungkan oleh naiknya harga komoditas global, Arab Saudi juga mendapatkan durian runtuh dari naiknya harga komoditas global. Ini dapat dilihat dari laporan anggaran Arab Saudi yang surplus pertama kali sejak 10 tahun terakhir akibat kenaikan pendapatan negara dari peningkatan harga minyak dunia.
Surplus 2022 ini tercatat sebesar 102 miliar riyal atau setara dengan USD27 miliar, berkontribusi terhadap kenaikan 2,6% PDB Arab Saudi, berdasarkan laporan kementerian keuangan Kerajaan Saudi, seperti dikutip dari CNBC, Senin, 12 Desember 2022.
Sementara total pendapatan Arab Saudi di tahun ini diperkirakan mencapai 1,23 triliun riyal, sedangkan untuk pengeluaran diprediksi mencapai 1,13 triliun riyal.
Pemerintah Arab Saudi sendiri telah menyetujui anggaran sebesar 1,11 triliun riyal untuk tahun 2023, dan optimis masih mencatatkan surplus di tahun depan dengan kisaran nilai sebesar 16 miliar riyal. Prediksi surplus pada 2023 tersebut mengalami penurunan, atau hanya 0,4% dari PDB, bila dibandingkan dengan nilai surplus yang didapat tahun ini.
Perkiraan surplus di 2023 itu didasarkan pada prediksi pemerintah Saudi terhadap harga minyak yang jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan apa yang banyak analis perkirakan.
“Anggaran untuk 2023 tersebut didasarkan pada perkiraan harga minyak yang diprediksi berada di kisaran USD75 per barel pada tahun depan. Prediksi ini berbeda dengan analisa kami yang berada pada nilai USD105 per barel,” terang Daniel Richards selaku Ekonom di Bank Emirates NBD, seperti dikutip dari CNBC.
Para ekonom pun menyatakan bahwa Arab Saudi memerlukan harga minyak berada pada kisaran USD75 dan USD80 per barel untuk dapat menyeimbangkan anggarannya.
Berdasarkan patokan internasional harga minyak mentah, Brent, harga minyak global mengalami kenaikan 0,2% menjadi USD77,45 per barel pada Kamis sore (8/12) di London, sedangkan West Texas Intermediate AS mencatatkan kenaikan 1,4% menjadi USD73,09.
Sementara itu, Kementerian Keuangan Saudi memprediksi pertumbuhan ekonomi Arab Saudi menurun bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun ini. Dari 8,5% di tahun ini menjadi 3,1% pada 2023.
Namun demikian, lembaga rating Fitch memproyeksikan ekonomi Arab Saudi tetap solid dan “stand out” di tahun depan. “Didorong oleh perbaikan neraca keuangan akibat kenaikan pendapatan sektor minyak lebih tinggi dan konsolidasi fiskalnya,” tulis laporan Fitch. (*) Steven Widjaja
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume impor susu Indonesia pada periode Januari-Oktober 2024 sebesar 257,30… Read More
Jakarta - PT Bank Digital BCA (BCA Digital) berhasil mencatatkan kinerja keuangan impresif pada kuartal… Read More
Jakarta - PT Bank Seabank Indonesia atau SeaBank kembali mencatat kinerja keuangan yang positif, ditandai… Read More
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor pada Oktober 2024 sebesar USD21,94 miliar atau naik 16,54… Read More
Serang - PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) berencana mengambil alih (take over)… Read More
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor pada Oktober 2024 mengalami peningkatan. Tercatat, nilai ekspor Oktober… Read More