Ilustrasi: Kantor Bukalapak. (Foto: istimewa)
Jakarta – PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) telah mengumumkan kinerja keuangan sepanjang 2024, dengan total pendapatan mencapai Rp4,46 triliun. Pendapatan ini ditopang oleh kontribusi yang hampir seimbang dari segmen Online-to-Offline (O2O) dan Marketplace.
Namun, perusahaan memperkirakan pendapatan dari segmen Marketplace akan tumbuh lebih cepat dibandingkan O2O dalam beberapa kuartal mendatang, seiring dengan strategi bisnis yang semakin tajam.
Secara kuartalan, BUKA mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 7 persen (quarter-on-quarter/QoQ) pada kuartal IV-2024. Kenaikan ini terutama didorong oleh pertumbuhan pendapatan Marketplace yang meningkat 21 persen.
Baca juga: Bukalapak Masih Punya Sisa Dana IPO Rp9,33 Triliun, Intip Rincian Penggunaannya
Di sisi lain, pendapatan dari segmen O2O mengalami penurunan sebesar 9 persen akibat restrukturisasi segmen Fast Moving Consumer Goods (FMCG). Meski demikian, perusahaan tetap berfokus pada keberlanjutan dan profitabilitas jangka panjang.
CEO BUKA, Willix Halim mengungkapkan, Bukalapak telah merampingkan bisnis non-inti sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan profitabilitas yang berkelanjutan.
“Saat kami bertransisi menuju model bisnis yang lebih ramping dan berkelanjutan, kami telah mengambil langkah strategis untuk mengoptimalkan operasi kami. Upaya kami dalam merampingkan bisnis non-inti dan meningkatkan efisiensi operasional mulai menunjukkan hasil positif,” ucap Willix dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu, 19 Maret 2025.
Baca juga: Bukalapak Restrukturisasi Usaha, Bagaimana Nasib Karyawan?
Meskipun transisi ini berdampak pada pendapatan dan margin kontribusi dalam jangka pendek, penghematan biaya General and Administrative (G&A) telah menutupi dampak tersebut. Hal ini membuka peluang bagi peningkatan kinerja pada masa depan.
Setelah mengeluarkan one-off legal dan biaya restrukturisasi one-off, beban G&A membaik dari minus Rp260 miliar pada kuartal III-2024 menjadi minus Rp156 miliar pada kuartal IV-2024.
Sepanjang 2024, Adjusted EBITDA Bukalapak meningkat sebesar 28 persen secara tahunan (year-on-year/YoY), mencerminkan keberlanjutan upaya perusahaan dalam mengoptimalkan bisnisnya. Penyesuaian terhadap EBITDA tahun 2024 mencakup kerugian mark-to-market pada kepemilikan BBHI Perseroan, yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, core earnings meningkat signifikan dari Rp42 miliar pada 2023 menjadi Rp443 miliar pada 2024. Peningkatan ini terutama didukung oleh penurunan G&A, termasuk biaya staf dan IT yang lebih rendah setelah disesuaikan dengan biaya restrukturisasi satu kali, serta peningkatan pendapatan keuangan.
Baca juga: Usai Umumkan Tutup Lapak, Bukalapak Bakal Menghadap Menko Airlangga
Adapun perusahaan juga melaporkan posisi kas yang kuat sebesar Rp19 triliun. Dengan cadangan kas yang kuat, Bukalapak memiliki ketahanan finansial yang cukup untuk mendukung berbagai inisiatif pertumbuhan pada masa depan. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More
Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More
Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More
Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More
Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More
Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More