Jakarta – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mengaku belum bisa menekan rasio kredit terhadap DPK (loan to deposit ratio/LDR) di bawah 100 persen. Perseroan menargetkan, pada 2019 ini LDR akan dijaga pada level 102 persen atau sama dengan kondisi di tahun sebelumnya dikisaran 102 persen.
Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Direktur Utama BTN, Maryono di Jakarta, kemarin, 10 Februari 2019. Belum bisanya Bank BTN menekan LDR nya di bawah 100 persen, kata dia, lantaran kredit yang disalurkan hampir 100 persen memiliki jangka waktu (tenor) yang panjang.
“Di 2018 LDR nya msh 102 persenan lah. Kalau untuk ahun ini masih sekitar itu lagi, masih tetap disitu. Jadi belum bisa di bawah 102 persen, karenakan gini, ini adalah kredit hampir 100 persen adalah kredit jangka panjang, baik KPR maupun konstruksinya,” ujar Maryono.
Asal tahu saja rasio LDR dapat menjadi parameter untuk melihat ketersediaan dana (likuiditas) bank untuk memenuhi penyaluran kreditnya. Berdasarkan aturannya, bahwa batas bawah LDR, yang kemudian berubah menjadi LFR sebesar 78 persen, sedangkan batas atasnya ditetapkan menjadi sebesar 92 persen.
Dengan kondisi LDR Bank BTN yang masih di atas treshold tersebut, perseroan mengaku tidak mengalami permasalahan dan akan mengantisipasinya dengan berbagai upaya, salah satunya dengan mencari dana-dana jangka panjang seperti penerbitan obligasi dan juga Medium Term Note (MTN).
“Kita banyak mencari dana-dana yang jangka panjang seperti obligasi kemudian MTN atau utang kepada lembaga-lembaga lain yang sifatnya jangka panjang. Sehingga saya kira LDR 102 persen itu gak masalah. Dan sekarang OJK tidak hanya LDR saja yang dinilai tapi LFR juga dinilai,” tegas Maryono.
Dia menyebutkan, kondisi likuiditas Bank BTN saat ini cukup aman meski LDR perseroan masih berada diatas 100 persen. Namun, jika melihat kondisi pasar, memang likuiditas perbankan tengah mengetat. Untuk itu, dengan mencari dana-dana jangka panjang itu diharap dapat mengatasi persoalan likuiditas ini.
“Likuiditas kita masih menunjukkan kondisi yang normal, tapi kalau di market memang kondisi likuiditas agak ketat. Jadi kita bedain, kalau likuiditas di BTN masih kondisi normal, tapi di market memang kita ketat. Jadi kita bsa mendapatkan dana-dana baru (fresh) itu memang kita harus bersaing,” paparnya. (*)
Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More
Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More
Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More
Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More