News Update

BTN Ajak Pengembang Terapkan Sistem Ekonomi Sirkular di Sektor Perumahan

Jakarta – Praktik sistem ekonomi sirkular tengah menjadi tren global seiring makin terbatasnya sumber daya alam yang tersedia karena tidak bisa diperbaharui. Hal ini terkait dengan kepastian dan keberlangsungan usaha dalam jangka panjang. Tidak kalah penting, penerapan sistem ekonomi sirkular diyakini akan membawa dampak positif bagi keberlangsungan alam dan lingkungan.

Demikian disampaikan Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), Haru Koesmahargyo seperti dikutip Jumat, 13 Agustus 2021. Menurut Haru, sistem ekonomi linear atau tradisional yang saat ini masih dominan diterapkan oleh pelaku usaha akan mengancam keberlangsungan bisnis dan lingkungan, karena sifatnya hanya mengambil sumber daya yang ada, membuat produk untuk digunakan konsumen, selanjutnya dibuang setelah digunakan.

Selain membuat volume limbah terus meningkat, bahan baku yang digunakan akan makin minim dan mendatangkan kenaikan harga produk. Akibatnya, masalah kebarlanjutan bisnis dan lingkungan pun terancam.

Berbeda dengan sistem ekonomi sirkular, Haru menerangkan, limbah produk bisa di-recycle atau di-reused, baik untuk produksi barang yang sama, maupun sebagai bahan baku pada industri lain. Selain itu sistem hijau ini juga dapat memberikan multiplier effect terhadap penciptaan bisnis dan lapangan kerja baru sehingga akan mendorong pertumbuhan investasi. 

Memandang kondisi tadi, Haru menilai terdapat risiko yang tinggi pada semua sektor bisnis bila terus menerapkan sistem ekonomi linear. “Risiko bagi semua adalah ancaman perubahan iklim (climate change) yang membuat kian meningkatnya ketidakpastian bagi bisnis dan lingkungan alam,” urai Haru.

Untuk itu, dia meyakini penerapan ekonomi sirkular bukan hanya bagus untuk lingkungan society tetapi juga secara ekonomi dan dunia usaha agar bisa sustain secara jangka panjang. Karena itu, lanjut Haru, persoalan kepastian sustainability kini mulai menjadi pertimbangan penting perbankan dalam penyaluran pembiayaan.

“Ekonomi Sirkular memang masih rekatif baru di perbankan, tapi sebelumnya kita sudah diperkenalkan dengan standar Environmental, Social and Good Governance (ESG). Saya kira prinsipnya relatif sama, dengan begitu prinsip ekonomi sirkular bisa masuk kriteria dalam pengelolaan aset perbankan, ini yang penting,” tandas Haru.

Pengelolaan aset dimaksud termasuk dalam pemberian kredit dan pembiayaan perbankan. “Kalau itu kita masukan maka kita bisa mendorong kemana sektor industri yang kita bisa promosikan (untuk mendapat kredit) dan kemunginan sektor industri yang kemungkinan kita hindari,” ucapnya.

Dia mencontohkan, sektor yang masih menggunakan unrenewable energy salah satu yang perlu dihindari perbankan. Sementara khusus bagi BTN sendiri, secara operasional pihaknya mendorong BTN menerapkan konsep green dengan memperhatikan faktor people dan planet. Misalnya meminimalkan penggunaan kertas. “Secara perlahan kita mengarah mengarah ke sistem digital terutama pada proses operasional yang masih dimungkinkan tidak menggunakan paper work,” paparnya.

Langkah lain yang dilakukan BTN menurut Haru yaitu mendorong para developer untuk menerapkan ekonomi sirkular tadi dengan cara mensyaratkan developer mengikuti kelayakan rumah yang ramah lingkungan saat membangun, misalnya tidak membangun di lingkungan yang tidak aman seperti di bantaran sungai atau dekat dengan tempat pembuangan sampah dan sebagainya. “Jadi kualitasnya juga lebih bagus,” ungkapnya.

Kemudian tidak ketinggalan, lanjut dia, BTN menggulirkan program penanaman 1 rumah 1 pohon kepada developer yang menjadi mitra BTN demi menciptkan lingkungan udara dan lingkungan yang lebih sehat.  BTN juga aktif mendorong masyarakat menerapkan energi hijau melalui penggunaan kompor induksi yang menggunakan energi terbarukan. Hal ini sudah dicanangkan pada rumah dan apartemen sederhana yang dibiayai BTN. “Pembeli apartemen menengah ke bawah kita berikan subsidi kompor induksi secara gratis, sementara PLN membebaskan biaya pasangnya,” katanya.

Tidak cukup itu, BTN juga berupaya untuk me-recycle rumah-rumah KPR second, atau dengan memanfaatkan kembali rumah-rumah yang dilepas, ditinggalkan atau dijual oleh pemilik lama kemudian dilelang sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat lain yang belum memiliki rumah.  “Masyarakat kita banyak yang belum punya rumah disisi lain banyak stok rumah yang kosong, makanya kita upayakan bagaimana itu bisa terutilisasi bagi masyarakat yang membutuhkan. Ini pekerjaan yang secara langsung ada di depan BTN sebagai bank yang fokusnya pada pembiayaan rumah,” pungkasnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Stasiun Whoosh Karawang Dibuka 24 Desember, Perjalanan Jakarta-Karawang Hanya 15 Menit

Jakarta - Stasiun Whoosh Karawang akan resmi melayani penumpang mulai 24 Desember 2024. Pembukaan ini… Read More

9 hours ago

Pemerintah Targetkan Revisi Aturan DHE SDA Terbit pada Januari 2025

Jakarta – Pemerintah tengah mempersiapkan aturan mengenai revisi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA)… Read More

13 hours ago

Ekspansi Bisnis, J Trust Bank Tambah Kantor Cabang Baru di Bali

Jakarta - PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank) terus melakukan ekspansi bisnis dengan memperluas… Read More

13 hours ago

BI Uji Coba Penerapan QRIS Tap Berbasis NFC untuk Pembayaran Lebih Cepat dan Praktis

Jakarta – Bank Indonesia (BI) bersama Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) pionir layanan dan Perum DAMRI… Read More

14 hours ago

Bank Mandiri Salurkan Rp3 Triliun untuk Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

Jakarta – Bank Mandiri kembali menegaskan komitmennya dalam pemberdayaan ekonomi perempuan melalui kolaborasi strategis dengan… Read More

15 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Bertahan di Zona Hijau ke Level 6.983

Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (20/12) kembali ditutup bertahan pada… Read More

15 hours ago