Teknologi

BSSN: Data Kini jadi Komuditas Berharga Ketimbang Minyak

Jakarta – Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Nasional (BSSN) Ariandi Putra menyebutkan bahwa di era digital ini, keberadaan data menjadi salah satu “komoditi” yang bisa membawa keuntungan bagi sebuah negara. Ungkapan ini selaras dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam beberapa tahun terakhir.

“Jadi kalau 20-30 tahun yang lalu itu minyak menjadi komoditi favorit suatu negara, sekarang beralih di transformasi digital bahwa data menjadi yang paling penting,” tutur Ariandi dalam acara Security Day 2023: Cybershield 360, Safeguarding Your Business in the Digital Age yang dihelat Ingram Micro di Hotel Shangri-La, Sudirman, Jakarta Pusat, pada Selasa, 24 Oktober 2023.

Baca juga: Tingkatkan Keamanan Data Pribadi, Ini Saran MLPT Untuk Lembaga Pemerintah

Menurut Ariandi, data bisa menjadi penghasil finansial yang baru. Keberadaan data ini bahkan bisa dirusak sampai menyebabkan kekacauan di sebuah negara.

Ariandi menyebut kalau Presiden Jokowi pernah menjelaskan pentingnya data siber, dengan mewujudkan lingkungan digital yang aman, literasi digital, dan akses digital.

“Apakah hal tersebut sudah terwujud 100 persen di Indonesia? Tentunya belum. Karena apa? Presiden secara khusus menyebut kalau kalau ini harus segera diwujudkan sebelum Indonesia Emas 2045,” lanjut Ariandi.

Dalam kesempatan ini, Ariandi mengatakan pentingnya menjaga keamanan data lantaran akhir-akhir ini, banyaknya serangan siber bersifat teknis yang menargetkan data, baik itu dari aplikasi, jaringan, maupun database. Hal ini sudah terjadi sejak 2022 hingga sekarang.

Serangan siber yang dilakukan ini beragam, mulai dari phishing, ransomware, SQL injection, dan sebagainya. Ariandi mengatakan kalau hal ini membuat masyarakat Indonesia sadar bahwa data pribadi mereka sudah tidak aman, seakan “melayang-layang seperti angin di udara”.

Baca juga: Software Engineer Multipolar Ingatkan Bahaya Kebocoran Data Open Banking

Parahnya, pencurian data saat ini dilandasi bukan karena sekadar ingin coba-coba atau ajang pamer kemampuan seperti dahulu. Ariandi mengatakan, pencurian data dilakukan karena motif ekonomi. Para pembobol data ini melihat data pribadi masyarakat sebagai sumber pendapatan.

“Jadi kita melihat, apakah data itu penting dilindungi? Apalagi jika ketika kita berbicara marketplace yang berkembang begitu pesat, ekonomi digital tumbuh begitu tinggi, membuat orang-orang berkaca kalau data itu begitu penting,” pungkasnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Galih Pratama

Recent Posts

Bos OJK: Konsep IKN Financial Center Berbeda dengan Aktivitas Keuangan Lain

Balikpapan - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar membeberkan konsep pembangunan IKN Financial Center (pusat keuangan)… Read More

21 mins ago

Ikonik! Bank Mandiri Groundbreaking Mandiri Financial Center di Kawasan PIK 2

Banten - Bank Mandiri kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dengan melangsungkan groundbreaking… Read More

43 mins ago

Apa Kabar Anti Scam Center? Ini Jawaban OJK

Balikpapan – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap alasan ‘molornya’ peluncuran Anti Scam Center (ASC) sebagai… Read More

2 hours ago

Awal Oktober 2024, Aliran Modal Asing Rp570 Miliar Masuk RI

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di awal pekan Oktober 2024, aliran modal asing masuk atau capital… Read More

2 hours ago

Di Tengah Isu Divestasi ANZ-Gunawan, Begini Laju Saham Panin Bank

Jakarta - Pemegang saham substansial PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) atau Bank Panin, yakni… Read More

2 hours ago

Rapor IHSG Sepekan: Turun 2,61 Persen, Kapitalisasi Pasar jadi Rp12.531 Triliun

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan data perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)… Read More

3 hours ago