Teknologi

BSSN Beberkan Pergeseran Paradigma Sistem Keamanan di RI

Jakarta – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkap, adanya pergeseran paradigma dalam mengimplementasikan keamanan siber di suatu organisasi. 

Dahulu pola sistem keamanan sebatas passive security menjadi reactive security. Kemudian beralih menjadi proactive security hingga saat ini berada di titik collaborative security

“Awal-awal biasanya organisasi menerapkan passive security artinya bahasa sederhananya, yakni selemah-lemah iman saja. Ada aset diamankan sekadar perlindungan,” kata Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata, Deputi IV BSSN, Edit Prima saat menjadi pembicara dalam +The Finance Executive Forum “The Future of Digitalization and Cyber Crime Mitigation Towards 2045”, di Kempinski Grand Ballroom, Jakarta, Selasa (14/11).

Baca juga: Alert! Serangan 1 juta Ransomware Masih Mengintai Sektor Keuangan di 2023

Menurutnya, saat terjadi berbagai masalah seperti financial loss, reputational damage, operational downtime, legal action dan loss of sensitive data pada passive security tidak mampu menjaga pintu keamanan sebuah organisasi.

“Pagarnya tidak cukup tinggi untuk masalah keamanan ini. Jadi mereka terus meningkatkan sistem keamanan jadi reactive security,” jelasnya.

Lanjutnya, saat ini paradigma sistem keamanan telah bergeser dari passive dan reactive berbasis insiden yang terjadi. Di mana, saat ini terjadi pola proactive security.

“Kita harus memantau dan mendeteksi secara berkelanjutan pada pola proactive security ini,” bebernya.

Namun kata dia, saat ini keamanan organisasi tidak hanya berfokus pada proactive security semata. Lebih dari itu, kini ada collaborative security, yakni masing-masing organisasi harus melakukan pemantaun secara berkala secara berkesinambungan kemudian membagi hasil pemantauannya.

Baca juga: Digitalisasi Makin Masif, Bos BI Ajak Industri Keuangan Syariah Tangkal Serangan Siber

“Jadi, bayangkan saat sama-sama memantau dan berbagai informasi akan semakin kaya di masing-masing organisasi. Kolaborasi keamanan perlu kerja sama dengan pihak lain,” bebernya,

Dengan begitu, kata dia, terciptalah keamanan yang kolaboratif dan efisien. Sebab, dengan adanya inisiasi pertukaran informasi dini ancaman siber, diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai wadah untuk saling berbagi informasi dini ancaman siber. (*)

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

OJK Panggil dan Awasi Ketat KoinP2P, Ini Alasannya

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan tegas melaksanakan langkah-langkah pengawasan secara ketat terhadap PT… Read More

29 mins ago

149 Saham Hijau, IHSG Dibuka Menguat 0,48 Persen

Jakarta - Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (22/11) Indeks Harga Saham Gabungan… Read More

58 mins ago

Rupiah Diprediksi akan Tembus Rp16.000 per Dolar AS

Jakarta - Rupiah berpeluang masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat ketegangan geopolitik Ukraina dan Rusia… Read More

1 hour ago

Harga Emas Antam Menggila! Sekarang Segini per Gramnya

Jakarta -  Harga emas Antam atau bersertifikat PT Aneka Tambang hari ini, Jumat, 22 November… Read More

2 hours ago

IHSG Berpeluang Melemah, Simak 4 Rekomendasi Saham Berikut

Jakarta - MNC Sekuritas melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara teknikal pada hari… Read More

2 hours ago

Milenial Merapat! Begini Cara Mudah Memiliki Rumah Tanpa Beban Pajak

Jakarta - Pemerintah telah menyediakan berbagai program untuk mendorong industri perumahan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah… Read More

11 hours ago