Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menyambut baik pembentukan Komite Kerja Cyber Security oleh Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) di Jakarta beberapa waktu lalu. Keberadaan komite kerja ini diharapkan menjadi motor dalam upaya memerangi kejahatan siber (cyber crime) yang kerap menyerang industri perbankan di Indonesia.
Direktur Digital, Teknologi Informasi dan Operasi BRI Indra Utoyo sekaligus Ketua Bidang Operation, Technology, dan Regulatory Reporting Perbanas yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, kerja sama antarbank untuk melawan kejahatan siber sangat diperlukan, apalagi di tengah segala keterbatasan yang muncul akibat pandemi Covid-19.
Turut hadir dalam acara tersebut Direktur Deteksi Ancaman BSSN Sulistyo, Wadirtipidsiber Bareskrim Polri Kombes Pol. Suyudi Ario Seto, Direktur Teknologi Informasi ITB Arry Akhmad Arman, CISO BRI Muharto dan EVP Center of Digital BCA Weni Sabu.
Akibat pandemi, pertumbuhan transaksi dan penggunaan kanal digital perbankan melonjak signifikan. Hal ini diikuti dengan munculnya resiko-resiko keamanan baru seperti terjadinya kejahatan siber.
“Kami lihat perkembangan digital ini berdampak pada dua hal. Pertama, kami excited bisa melakukan berbagai inovasi yang menarik. Namun juga di sisi lain adalah scary-nya. Memang risiko-risiko baru muncul bersamaan dengan pertumbuhan yang eksponensial,” ujar Indra dalam keterangannya yang diterima redaksi di Jakarta, Selasa (13/10/2020).
Karena pandemi dan revolusi industri 4.0, maka transformasi layanan ke dalam bentuk digital menjadi keharusan bagi industri keuangan khususnya perbankan. Hal ini membuat sentrum transaksi dan layanan perbankan tidak lagi terjadi di kantor-kantor bank, tetapi bergeser ke gawai masing-masing nasabah.
“Ketika masuk ke era open banking, kita masuk kepada eranya hyperr collaboration. Ini di satu sisi adalah opportunity, tapi di sisi lain membawa eksposur kepada risiko yang jauh lebih besar. Tentu kita harus betul-betul mengantisipasinya dengan baik, melakukan governance yang jauh lebih baik, risk management yang tentu berbeda, dan juga compliance,” kata Indra.
Untuk memperkuat pengamanan layanan digital, BRI senantiasa melakukan edukasi dan sosialisasi kepada para nasabah agar lebih sadar akan pentingnya menjaga kerahasiaan data pribadi mereka. Langkah ini diharap bisa meminimalisir terjadinya tindak kejahatan berupa pencurian data nasabah oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab.
BRI, lanjut Indra, juga terus berupaya mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap keamanan layanan digital perseroan. Tanpa kepercayaan yang kuat, layanan yang dimiliki BRI tidak akan maksimal menjangkau seluruh nasabah.
“Penting bagi kami untuk menghadirkan digital trust ini kepada nasabah karena trust is the heart of customer experience. Di era ini, kami harus menata lagi business continue to management, melakukan skenario testing untuk menghadapi berbagai skenario-skenario dari serangan, melakukan aksi cepat ketika terjadi serangan, komunikasi dengan bahasa simpel, dan menata keamanan teknologi secara berlapis-lapis,” pungkasnya. (*)
Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More
Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More
Jakarta - Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More
Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More