Kendati ekonomi melambat dan daya beli menurun, BRI meyakini kredit mikro masih dapat tumbuh di atas pertumbuhan kredit nasional. Ria Martati.
Jakarta–PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, (BBRI) optimis dapat menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) Rp21 triliun selama lima bulan ini, sesuai jatah yang ditetapkan Pemerintah untuk BRI.
“Kemarin kita sudah launching, Pemerinta meminta salurkan Rp21 triliun dari Rp30 triliun, alasannya karena BRI jaringannya banyak, harapannya kita habis Rp21 triliun,” kata Direktur Utama BRI, Asmawi Sjam dalam Diskusi Peluang dan Tantangan Ekonomi Indonesia Sekarang dan 2016 di Jakarta, Rabu 19 Agustus 2015.
Asmawi mengatakan pertumbuhan kredit diharapkan mencapai 17%-18% jika KUR dapat habis disalurkan. Menurutnya, pertumbuhan kredit di mikro masih dapat tumbuh di atas total pertumbuhan kredit yaitu di kisaran 17%-18%. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi di daerah masih belum terpengaruh goncangan ekonomi makro. Kendati demikian, daya beli masyarakat sudah mulai menurun.
“Di mikro finance masih tumbuh 17%-18%, artinya ekonomi kita di daerah masih gak terpengaruh krisis. Mungkin yang beda daya beli masyarakat yang sudah mulai khawatir. Harapan saya, yang masih tumbuh 17%-18% tadi kita jaga bersama-sama,” kata dia.
Seperti diketahui plafon KUR mikro yang maksimal sebesar Rp25 juta, dan untuk sektor retail diberikan pinjaman antara Rp25 juta-Rp500 juta, dengan suku bunga untuk usaha mikro 7% tahun dan sektor retail 3% per tahun.
Jakarta – Ekonom Senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan masih terdapat gap yang tinggi antara kebutuhan pendanaan… Read More
Suasana saat penantanganan kerja sama Bank Mandiri dengan PT Delta Mitra Sejahtera dengan membangun 1.012… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More
Jakarta - Senior Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menilai, perlambatan ekonomi dua negara adidaya, yakni Amerika… Read More