News Update

BRI Jaga Rasio NPL di Bawah Industri

Jakarta – Portofolio kredit yang sehat merupakan salah satu faktor utama dalam menjaga keberlangsungan bisnis perbankan, khususnya ditengah kondisi perekonomian yang melambat karena dampak pandemi Covid-19. Sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, BRI berhasil menjaga kualitas kreditnya sejak pandemi terjadi.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto melalui sambungan telepon pada Rabu (24/02) yang mengungkapkan bahwa untuk menjaga risiko dan keberlangsungan bisnis kedepan, BRI memiliki pencadangan kerugian kredit yang sangat memadai dengan NPL coverage ratio di atas 200%.

Berdasarkan data kinerja Desember 2020, BRI tercatat telah menyalurkan kredit secara konsolidasian sebesar Rp938,37 triliun atau naik 3,89% secara tahunan (yoy) dengan rasio NPL gross terjaga di level 2,99%. Angka ini menunjukkan bahwa dalam situasi sulit pun kinerja intermediasi BRI masih berjalan dengan sangat baik.

Capaian tersebut juga merupakan prestasi, karena dengan kredit yang tumbuh diatas industri, rasio NPL BRI masih lebih baik dibandingkan kondisi industri perbankan di Indonesia pada periode yang sama, yaitu mencapai 3,06%.

“NPL  BRI masih sangat terjaga dan lebih baik dibanding tingkat rata-rata NPL industri perbankan sepanjang 2020. Hal ini menunjukkan kehati-hatian BRI dalam menyalurkan kredit yang selama pandemi dilakukan secara selektif. Selain itu, rasio NPL yang rendah juga menggambarkan besarnya kekuatan nasabah BRI yang mayoritas pelaku UMKM untuk tetap menyelesaikan kewajibannya meski kondisi sulit terjadi akibat pandemi,” ujar Catur Budi Harto melalui keterangan resminya di Jakarta,  Minggu 28 Febuari 2021.

Secara individual NPL BRI (gross) sepanjang 2020 sebesar 2,94%. Tiga segmen dengan NPL terendah berasal dari segmen mikro sebesar 0,83%, segmen konsumer yakni 1,49%, dan segmen kecil mencapai 3,61%. Terjaganya kualitas pembiayaan tersebut menunjukkan kehati-hatian dan terukurnya penyaluran kredit di BRI selama ini.

“Tanpa penyaluran yang selektif dan ketat, kami tidak mungkin menorehkan angka NPL yang terjaga seperti saat ini. Khusus di segmen konsumer, rasio kredit bermasalah yang kecil juga mencerminkan debitur BRI cukup resilience dalam menghadapi situasi sulit seperti sekarang ini,” Tambah Catur.

BRI juga mengalokasikan biaya pencadangan (NPL Coverage) hingga 237,73% dari nilai total kredit bermasalah. Pencadangan yang sangat memadai ini membuat laba perusahaan terkoreksi menjadi Rp18,66 triliun di akhir tahun 2020. Kondisi ini sejalan dengan komitmen BRI yang tidak ingin memupuk laba terlampau besar di tengah masih tingginya ketidakpastian kondisi perekonomian yang diakibatkan pandemi. (*)

Editor: Rezkiana Np

Suheriadi

Recent Posts

Erick Thohir Godok PP Hapus Kredit UMKM, Fokus pada Petani dan Nelayan

Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah menggodok Peraturan Pemerintah (PP) perihal hapus tagih… Read More

1 min ago

Simak! Daftar 10 Pekerjaan dengan Gaji Tertinggi di Indonesia

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan rata-rata upah buruh di Indonesia per Agustus 2024… Read More

33 mins ago

IHSG Ditutup Rebound, Menguat 0,17 Persen ke Level 7.491

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (5/11) berakhir ditutup pada zona… Read More

39 mins ago

Ekonomi RI Tak Sampai 5 Persen di Kuartal III 2024, Ini Biang Keroknya

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekonomi Indonesia di kuartal III 2024 tumbuh… Read More

52 mins ago

Makin Terdepan! ICT Dinobatkan sebagai Penyedia Solusi TI Paling Inovatif di Asia Pasifik dari Oracle

Jakarta - Di era globalisasi ini, perusahaan yang memegang kendali dan memimpin teknologi dipastikan berpeluang… Read More

1 hour ago

Senasib dengan iPhone 16, Ini Alasan Google Pixel Dilarang Dijual di Indonesia

Jakarta – Google Pixel, smartphone besutan Alphabet, mengalami nasib serupa dengan iPhone 16 yang dilarang… Read More

2 hours ago