Jakarta – Perekonomian Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan pada semester II/2022, kendati demikian kinerja perusahaan pembiayaan diproyeksikan masih berada pada tren positif dan menjanjikan karena dinilai mampu menekan risiko dari tantangan tersebut.
Corporate Secretary BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) Taufiq Kurniadihardja mengatakan, pihaknya optimistis pemerintah mampu menjaga stabilitas ekonomi, sosial dan politik untuk meminimalisasi trickle down effect yang ditimbulkan oleh tantangan ekonomi yang dihadapi.
“Dengan demikian momentum pertumbuhan pembiayaan di tengah pemulihan ekonomi bisa terus terjaga guna mendukung pembiayaan yang berkelanjutan atau sustainable finance,” ujarnya dikutip Rabu, 28 September 2022.
Di sisi lain, Taufiq pun berharap penguatan kepastian hukum bagi dunia usaha juga sangat diperlukan agar tumbuh kepercayaan para pelaku usaha bahwa bisnis dan kepentingan bisnis semakin terlindungi. Pemerintah juga diharapkan memperkuat sektor-sektor potensial untuk menjaga pertumbuhan industri pembiayaan. Seperti upaya kongkret percepatan pembentukan ekosistem kendaran listrik di Indonesia.
“Ini agar bisa menaikkan minat masyarakat untuk membeli kendaraan listrik, dan meningkatkan produk pembiayaan kendaraan berbasis listrik,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Departemen Pengawasan Industri Keungan Non Bank (IKNB) 2B Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bambang W. Budiawan menambahkan, potensi pasar industri pembiayaan Indonesia yang positif kendati menghadapi tantangan ekonomi terlihat dari perusahaan multifinance yang diminati investor asing.
Selain itu, prospek kinerja yang cerah dari perusahaan pembiayaan di tengah tantangan ekonomi terlihat dari menurunnya perusahaan bermasalah. Saat ini, hanya 15 perusahaan pembiayaan yang bermasalah dari 155 perusahaan setelah beberapa di antaranya mendapat sanksi atau memulihkan diri.
“Terakhir itu ada beberapa multifinance yang diambil (investor) asing, itu sebenarnya indikator, bahwa perusahaan-perusahaan industri pembiayaan ini banyak yang diajak kerja sama,” ucapnya.
Sebagai informasi, industri pembiayaan dalam negeri pun tercatat tahan banting dalam menghadapi krisis, seperti akibat pandemi Covid-19 sejak awal 2020 lalu. OJK mencatat pada semester I/2022 piutang pembiayaan industri multifinance tumbuh 7,12% secara tahunan. Pun demikian dengan total asset yang naik 4,5% secara tahunan.
Dari laba pertumbuhannya terbilang tajam hingga 33,72% secara tahunan. Finance to Asset Ratio (FAR) pun tergolong tinggi yakni mencapai 85,10%. Sedangkan NPF gross sekitar 2,72%. Adapun ROA sekitar 5,19% dan ROE 13,02%.
“Indikator angka-angka ini menunjukkan bahwa minat dari pada investor asing kepada perusahaan multifinance cukup tinggi. Bahwa bisnis ini masih datangin cuan yang cukup banyak, sehingga ke depan menjadi kelengkapan ekosistem yang dibangun. Dan angka ini menunjukkan optimisme meskipun ada faktor-faktor eksternal,” katanya. (*) Irawati
Jakarta - Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 15 November 2024,… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, 15 November 2024, masih ditutup… Read More
Jakarta - PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia mencatat kinerja positif sepanjang kuartal III-2024.… Read More
Jakarta - Di era digital, keinginan untuk mencapai kebebasan finansial pada usia muda semakin kuat,… Read More
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks pembangunan manusia (IPM) mencapai 75,08 atau dalam… Read More
Jakarta - PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO) hari ini mengadakan paparan publik terkait kinerja… Read More