News Update

BRI: Dampak Pelemahan Rupiah Masih Bisa Diantisipasi Perbankan

Jakarta – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi belakangan ini dianggap tidak terlalu berdampak signifikan pada perbankan nasional. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mengaku dampak pelemahan rupiah kepada industri perbankan bisa diantisipasi dengan baik.

Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Direktur Strategi Bisnis dan Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo di Gedung BEI, Jakarta, Jumat, 9 Maret 2018. Menurutnya, masih terkendalinya pelemahan rupiah terhadap dolar AS akibat adanya sejumlah aturan dari Bank Indonesia (BI).

Lebih lanjut dirinya mengatakan, bahwa aturan BI yang mewajibkan menggunakan rupiah untuk transaksi di dalam negeri membuat kebutuhan dolar AS berkurang. Dengan demikian, pada akhirnya ketika nilai tukar rupiah mengalami tekanan, maka dampak yang ditimbulkan tidak terlalu signifikan.

“Berikutnya adalah kewajiban mereka yang punya exposure (terhadap dolar AS) lebih dari 30 persen diharuskan melakukan hedging. Jadi saya kira aturan itu sudah dibuat dan bisa menekan impact-nya,” ucapnya.

Baca juga: Jaga Stabilitas Rupiah, Cadangan Devisa Tergerus US$3,92 Miliar

Dirinya menambahkan, pelemahan nilai tukar rupiah yang disebabkan oleh tekanan dolar AS tidak perlu dikhawatirkan. Apalagi ketahanan sistem keuangan dan non keuangan di Indonesia dinilai sudah cukup kuat dalam mencegah dampak pelemahan rupiah. Terlebih, bukan hanya mata uang rupiah saja yang melemah.

“Aturan itu bagus sekali mencegah. Saya kira transaksi dengan dolar di Indonesia sudah cukup turun karena ada kewajiban itu. Karena kalau kita pikir buat apa pakai uang asing kalau saya dan anda beli enggak pakai dolar,” tegas Haru.

Di sisi lain, tambah dia, langkah perbankan yang mampu mengelola dan memelihara posisi devisa neto (PDN) juga mengurangi dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Meski saat ini rupiah berada pada kisaran Rp13.700 per dolar AS, namun BRI menjaga agar posisi PDN tetap rendah.

“Supaya tidak ada deviasi gejolak kita jaga rendah. Tapi rendahnya, rendah yang positif kan ada PDN yang rendah positif, rendah negatif, tapi kita yang positif. Karena tendensi dolar menguat kita jaga rendah tapi positif karena dolar kemungkinan meningkat, itu kita jaga,” tutupnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

AXA Mandiri Meluncurkan Produk Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera

Suasana saat konferensi pers saat peluncuran Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera di Jakarta. Presiden Direktur… Read More

4 hours ago

Bank NTT dan Bank Jatim Resmi Jalin Kerja Sama Pembentukan KUB

Jakarta - PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) resmi menandatangani nota… Read More

4 hours ago

Ekonomi RI Tumbuh 4,95 Persen di Kuartal III 2024, Airlangga Klaim Ungguli Singapura-Arab

Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 tercatat sebesar 4,95 persen, sedikit melambat dibandingkan kuartal… Read More

6 hours ago

AXA Mandiri Hadirkan Asuransi Dwiguna untuk Bantu Orang Tua Atasi Kenaikan Biaya Pendidikan

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan biaya pendidikan yang signifikan setiap tahun, dengan… Read More

8 hours ago

Sritex Pailit, Pemerintah Diminta Fokus Berantas Impor Ilegal dan Revisi Permendag 8/2024

Jakarta - Koordinator Aliansi Masyarakat Tekstil Indonesia (AMTI) Agus Riyanto mengapresiasi langkah cepat Presiden Prabowo… Read More

8 hours ago

Pemerintah Bahas Revisi PP 51 Terkait Upah Minimum Provinsi

Jakarta - Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyatakan pemerintah tengah membahas revisi Peraturan… Read More

8 hours ago