Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi peningkatan ekspor dan impor pada Maret 2023. Nilai ekspor Maret 2023 sebesar US$23,50 miliar atau naik 9,98% mtm dibandingkan bulan sebelumnya pada Februari 2023 yang sebesar US$21,38 miliar.
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik Imam Machdi menyebutkan, dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan ekspor secara mtm tertinggi pada Maret. Namun, pertumbuhan Maret 2023 jauh lebih rendah dari tahun 2021 dan 2022.
Peningkatan ekspor ini terjadi karena adanya kenaikan ekspor secara bulanan dari non migas sebesar 9,71% atau secara nilai sebesar US$22,16 miliar, dibandingkan pada Februari 2023 sebesar U$$20,20 miliar.
“Kenaikan ini dikarenakan ada peran beberapa komoditas, yaitu bahan bakar mineral naik sebesar 14,29%, logam mulia dan perhiasan/permata 93,04%, dan bijih logam, perak, dan abu 52,28%,”kata Imam, Senin, 17 April 2023.
Sementara, untuk ekspor migas juga meningkat sebesar 12,79% atau sebesar US$1,34 miliar pada Maret 2023, dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$1,19 miliar.
“Penurunan ekspor non migas ini di antaranya karena adanya minyak mentah yang naik sebesar 54,24%, dan hasil minyak 28,12%,” jelas Imam.
Bila dilihat secara yoy, nilai ekspor Maret 2023 mengalami kontraksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama. Pada Maret 2023 nilai ekspor sebesar -11,33% yoy atau sebesar US$23,50 miliar dibandingkan Maret 2022 sebesar US$26,50 miliar.
“Nilai ekspor secara tahunan di Maret 2023 mengalami penurunan yang signifikan pada Maret 2023, setelah terus mengalami perlambatan sejak pertemngahan tahun 2022,” ujarnya.
Sementara itu, nilai impor pada Maret 2023 mencapai US$20,59 miliar atau naik 29,33% mtm dibandingkan Februari 2023 US$15,92 miliar.
Menurut Imam, peningkatan ini didorong karena adanya kenaikan migas sebesar 25,28% atau US$3,02 miliar dibandingkan pada Februari 2023 sebesar US$2,41 miliar.
“Penurunan impor migas didorong oleh kenaikan minyak mentah 54,18%, dan hasil minyak sebesar 21,09%,” jelasnya.
Sementara, impor non migas juga naik 30,05% atau sebesar US$17,57 miliar dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$13,51 miliar.
Kenaikan impor non migas didorong oleh mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya naik 29,45%, mesin, besi dan baja 45,5%, dan mesin, peralatan mekanis dan bagiannya 15,65%.
“Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan impor bulan Maret selalu naik secara mtm memiliki pola yang sama, yaitu menguat dan tertinggi sepanjang tahun,” katanya.
Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama, secara total nilai impor pada Maret 2023 sebesar US$20,59 miliar menurun sebesar -6,26% dibandingkan dengan Maret 2022 secara yoy dengan nilai sebesar US$21,96 miliar.
“Pertumbuhan impor Maret 2023 secara yoy melanjutkan penurunan setelah sempat menguat pada Januari 2023,” tutup Imam. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta - BPJS Ketenagakerjaan bersama Himpunan Pengembang Permukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) bersinergi untuk meningkatkan… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini, Jumat, 20… Read More
Jakarta - PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk akhirnya buka suara ihwal penarikan varian rasa Indomie… Read More
Jakarta – Mahkamah Agung (MA) resmi menolak permohonan kasasi PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex… Read More
Jakarta – Rupiah diproyeksi melanjutkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat setelah data Produk… Read More
Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) meralat pernyataan sebelumnya terkait dugaan korupsi dana tanggung jawab… Read More