Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2023 terjadi inflasi sebesar 0,16% dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,16. Sedangkan, tingkat inflasi tahun ke tahun (Februari 2023 terhadap Februari 2022) tercatat 5,47% dan tingkat inflasi tahun kalender (Februari 2023 terhadap Desember 2022) sebesar 0,50%.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Puji Ismartini mengatakan, inflasi di bulan Februari 2023 secara bulan ke bulan lebih rendah, dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,34%. Penyumbang inflasi terbesar pada Februari 2023 berdasarkan kelompok pengeluaran adalah makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,48% dengan andil terhadp inflasi 0,13%.
Selain itu, terdapat kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi. Dengan deflasi terdalam yaitu pada kelompok transportasi sebesar -0,22% dengan andil terhadap inflasi -0,03%.
“Komoditas Penyumbang inflasi secara mtm diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, bawang merah, cabai merah dan rokok putih. Sementara komoditas pendorong deflasi secara mtm terbesar untuk kelompok transportasi adalah tarif angkutan udara,” ujar Puji Rabu, 1 Maret 2023.
Dari 90 kota yang dipantau, terdapat 63 kota yang mengalami inflasi. Bila dirinci, 37 kota diantaranya memiliki inflasi diatas inflasi nasional dan 26 kota lainnya dibawah inflasi nasional, Namun, pada saat yangs sama sebanyak 27 kota mengalami deflasi.
“Inflasi tertinggi terjadi di Ternate sebesar 1,85% utamanya disebabkan oleh ikan segar mengambil andil 1,45%, angkutan udara 0,19%, cakalang diawetkan 0,12%, kangkong 0,09%, beras 0,05%, dan rokok kretek filter 0,04%. Sedangkan, deflasi terdalam di Kota Gunungsitolo sebesar -0,98%,” jelasnya.
Kemudian, inflasi menurut komponen, yaitu komponen inti pada Februari 2023 mengalami inflasi bulanan sebesar 0,13% mtm, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,33%, yang menambil andil sebesar 0,08%.
“Inflasi komponen inti lebih rendah disbanding bulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan. Komoditas yang dominan memberikan andil adalah sewa rumah dan upah asisten rumah tangga,” ungkapnya.
Komponen harga yang diatur pemerintah mengalami inflasi bulanan sebesar 0,14% mtm, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi yaitu sebesar 0,55%, dengan mengambil andil sebesar 0,03%. Didorong oleh komoditas rokok kretek filter dan rokok putih dominan memberikan andil terhadap komponen ini, sebagai dampak lanjutan dari kenaikan cukai rokok.
Kemudian, komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 0,28% mtm, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 1,40% dan memberikan andil 0,05%.
“Terlihat untuk harga yang bergejolak mengalami inflasi, namun lebih rendah diband ing bulan sebelumnya. Komoditas yang dominan memberikan andil adalah beras, baeang merah, cabai merah, bawang putih, dan kentang,” imbuhnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More