Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Juni 2023 terjadi inflasi sebesar 0,14% dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115,00. Sedangkan, tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2023 terhadap Juni 2022) tercatat 3,52% dan tingkat inflasi tahun kalender (Juni 2023 terhadap Desember 2022) sebesar 1,24%.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, inflasi di Juni 2023 secara bulan ke bulan lebih tinggi, dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,09%. Penyumbang inflasi terbesar pada Juni 2023 berdasarkan kelompok pengeluaran adalah makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,39% dengan andil terhadap inflasi 0,10%.
Selain itu, terdapat kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi. Dengan deflasi terdalam, yaitu pada kelompok transportasi sebesar -0,10 dengan andil terhadap inflasi -0,01.
“Komoditas Penyumbang inflasi secara mtm diantaranya adalah daging ayam ras dengan andil 0,06%, tarif angkutan udara 0,04%, telur ayam ras 0,02%. Kemudian, kontrak rumah, bawang putih, rokok kretek filter, dan ketimun yang masing-masing memberikan andil 0,01%,” ujar Pudji dalam Rilis BPS, Senin, 3 Juli 2023.
Baca juga: Aliran Modal Asing Masuk RI Rp710 Miliar
Dari 90 kota yang dipantau, terdapat 78 kota yang mengalami inflasi. Bila dirinci, 48 kota di antaranya memiliki inflasi di atas inflasi nasional dan 30 kota lainnya di bawah inflasi nasional. Namun, pada saat yang sama sebanyak 12 kota mengalami deflasi.
“Inflasi tertinggi terjadi di Kota Jayapura sebesar 1,36% utamanya disebabkan oleh tarif angkutan udara dengan andil 1,11%, tomat 0,25%, beras 0,04%, rokok putih 0,03%, rokok kretek filter 0,03%, air kemasan 0,03%, cabai merah dan daging ayam ras masing-masing 0,01%. Sedangkan, deflasi terdalam di Kota Sumenep sebesar -0,42%,” jelasnya.
Kemudian, inflasi menurut komponen, yaitu komponen inti pada Juni 2023 mengalami inflasi bulanan sebesar 0,12% mtm, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,06%, yang memberikan andil sebesar 0,08%.
“Inflasi komponen inti lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi komponen inti adalah kontrak rumah, upah asisten rumah tangga, dan sewa rumah,” katanya.
Baca juga: BI Catat Uang Beredar Capai Rp8.332,3 Triliun
Komponen harga bergejolak mengalami inflasi bulanan sebesar 0,44% mtm, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi, yaitu sebesar 0,49%, dengan mengambil andil sebesar 0,07%. Didorong oleh komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, bang putih, dan ketimun.
Sedangkan, komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar -0,02% mtm, memberikan andil sebesar -0,01%. Penyumbang utama deflasi tersebut adalah komoditas bensin. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More
Suasana saat penyerahan sertifikat Predikat Platinum Green Building dari Green Building Council Indonesia (GBCI) Jakarta.… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2024 mencapai Rp8.460,6 triliun,… Read More
Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat, 22 November 2024, ditutup… Read More