Moneter dan Fiskal

BPS Beberkan Penyebab Tekanan Inflasi Beras Menurun di November 2023

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan tekanan inflasi beras terus menunjukkan pelemahan, yakni sebesar 0,43 persen secara bulanan (mtm) pada November 2023, dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 1,72 persen.

“Kondisi tersebut sejalan dengan kondisi yang terjadi pada inflasi beras di akhir tahun 2022, di mana pada November 2022 tekanan inflasi beras melemah dibandingkan bulan sebelumnya,” kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik, Moh Edy Mahmud dalam Rilis BPS, Jumat 1 Desember 2023.

Adapun, inflasi pada November 2023 tercatat sebesar 0,38 persen mtm dan 2,86 persen secara tahunan (yoy). Di dorong oleh komoditas cabai merah dengan andil inflasi 0,16 persen, cabai rawit 0,08 persen, bawang merah 0,03 persen, beras 0,02 persen dan gula pasir serta telur ayam ras dengan andil masing-masing sebesar 0,01 persen.

Baca juga: Kabar Baik! BPS Ungkap Harga Beras Premium dan Medium Mulai Turun

Moh Edy menjelaskan, pada November 2023 jumlah kota yang mengalami inflasi beras mengalami penurunan, di mana 59 kota mengalami inflasi, 21 kota mengalami deflasi, dan 10 kota stabil.

“Jumlah kota yang mengalami deflasi semakin bertambah jika dibandingkan dengan 3 bulan sebelumnya,” jelasnya.

Dia pun membeberkan dua faktor penyebab tekanan inflasi terhadap beras semakin melemah. Pertama, beberapa wilayah penghasil gabah sudah mulai panen. Bila dilihat dari sisi harga gabah mulai menunjukkan penurunan tipis.

Tercatat, harga Gabah Kering Panen (GKP) di November 2023 menurun 1,94 persen secara mtm dan Gabah Kering Giling (GKG) menurun 1,45 persen mtm.

“Namun di November ini memang belum signifikan menurunnya ke harga beras. Dalam beberapa waktu kedepan dugaannya akan bisa ter transmisi price ini sampai ke penggilingan kemudian grosir maupun eceran, memang dari data kami baru sampai ke tingkat produsen dan penggilingan,” pungkasnya.

Baca juga: Inflasi November 2023 Capai 0,38 Persen, Ini Penyumbang Terbesarnya

Kedua, adanya impor beras juga memengaruhi penurunan inflasi beras yang memperkuat cadangan pemerintah untuk menjaga stabilisasi harga di masyarakat.

“Bantuan pangan yang kemudian juga untuk stabilisasi harga beras melalui penyaluran beras SPHP dan beras komersil, secara tidak langsung dampak dari bertambahnya stok dari impor ini bisa menahan laju inflasi beras dan menciptakan efek psikologis tentang stabilisasi harga beras,” ungkapnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Rupiah Diperkirakan “Keok”, Usai Suku Bunga The Fed Dipangkas 25 Bps

Jakarta – Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) usai pengumuman suku bunga acuan AS… Read More

39 mins ago

Duh, Hampir Separuh BUMD Merugi Gara-gara “Ordal”

Jakarta – Dari 1.057 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang ada di Indonesia, hampir separuhnya… Read More

2 hours ago

IHSG Dibuka Anjlok 1,15 Persen ke Level 7.025

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka anjlok sebanyak 1,15 persen ke level 7.025,98… Read More

3 hours ago

IHSG Diproyeksi Melemah Terbatas, Ini Sederet Pemicunya

Jakarta –  Pilarmas Investindo Sekuritas melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara teknikal hari ini… Read More

3 hours ago

Harga Emas Antam Anjlok Rp15.000, Sekarang Cuma Segini per Gramnya

Jakarta -  Harga emas Antam atau bersertifikat PT Aneka Tambang hari ini, Rabu, 13 September… Read More

3 hours ago

Pemerintah Egois! Rupiah Loyo, PPN 12 Persen, Plus Biaya Opsen Kendaraan dan Kebocoran Anggaran 70 Persen

Oleh Eko B. Supriyanto, Chairman Infobank Media Group HIDUP makin berat. Awal 2025 semuanya menjadi… Read More

6 hours ago