Semarang – Berangkat dari kegelisahan akan disparitas kemampuan BPR di Indonesia yang tidak merata, BPR Arto Moro Semarang mengajak seluruh BPR di Indonesia untuk berkolaborasi. Kolaborasi dipandang sebagai cara tepat untuk membangkitkan industri BPR. Karena dengan kolaborasi, akan ada semacam fasilitator atau bank jangkar yang menjembatani kendala-kendala yang dihadapi oleh tiap-tiap BPR.
Hal itu ditegaskan oleh Subyakto, Founder BPR Arto Moro, dalam acara BPR Gathering & Seminar dengan tema ‘Menuju Kolaborasi BPR: Maju Bersama, Tumbuh Bersama’ yang diselenggarakan oleh BPR Arto Moro Semarang bekerja sama dengan BPR Lestari Group, OJK Regional 3 Jateng & DIY, dan Perbarindo DPD Jawa Tengah. Acara ini sendiri berlangsung di kantor pusat BPR Arto Moro, di Semarang (13/10).
“Tiap tahunnya BPR Arto Moro mampu tumbuh rata-rata hingga 60%. Akan tetapi meskipun terdapat BPR yang mampu tumbuh sangat tinggi, ada juga BPR yang tumbuh rendah atau bahkan tidak tumbuh,” katanya, melalui keterangan resminya yang diterima Infobank, Sabtu, 15 Oktober 2022.
Subyakto juga menegaskan, dirinya berharap upaya membangun kolaborasi BPR yang dibangun bersama BPR Lestari Group tersebut dan mendapatkan dukungan dari OJK serta Perbarindo ini bermanfaat dan membawa kemajuan bagi BPR sehingga output akhirnya berguna bagi masyarakat luas.
Sementara, Aman Santosa, Kepala OJK Regional 3 Jateng & DIY mengatakan, selaku otoritas yang mempunyai tugas pembinaan dan pengawasan terhadap BPR, OJK senantiasa mendukung langkah-langkah pengembangan dan inovasi yang dilakukan oleh industri BPR.
“Saat ini terdapat sekitar 249 BPR di Jawa Tengah. Jumlah tersebut adalah 17% dari total BPR secara nasional. Aset BPR di Jawa Tengah mencapai 9% total aset perbankan. Pertumbuhan BPR di Jawa Tengah tercatat lebih baik dari pertumbuhan BPR secara nasional,” ujar Aman di kesempatan yang sama.
Dadi Sumarsana, Ketua Perbarindo DPD Jateng juga menegaskan, bahwa kolaborasi BPR merupakan gagasan yang sudah lama ada tetapi belum optimal dalam pelaksanaannya. Ia berharap dengan adanya acara yang difasilitasi oleh BPR Arto Moro ini akan terdapat langkah konkret untuk mewujudkan konsep kolaborasi antar BPR.
“Saya berharap dan meminta setelah seminar ini akan ada tindak lanjut dan langkah-langkah konkrit untuk mulai membangun jalan ke arah kolaborasi BPR,” tukas Dadi.
Terkait dengan kolaborasi BPR, Alex P. Chandra, Founder BPR Lestari Group mengungkapkan era digitalisasi dan perkembangan pasca pandemi membawa tantangan tersendiri bagi industri BPR. BPR harus bersaing dengan lembaga keuangan bank lainnya dan juga lembaga non-bank yang mempunyai dukungan dana besar sehingga bebas bermanuver dan berinvestasi dalam SDM dan teknologi. Di samping persaingan eksternal tersebut, internal BPR sendiri juga dihadapkan pada berbagai persoalan atau kendala.
“Konsep dari kolaborasi BPR adalah hadirnya bank jangkar atau fasilitator yang menjadi penghubung antar BPR-BPR di seluruh Indonesia. Bank jangkar atau fasilitator tersebut nantinya akan memfasilitasi dan mengkoordinir BPR di seluruh Indonesia dalam sebuah kerja sama dengan cakupan seperti, kerja sama penempatan dana antar bank, dukungan likuiditas, linked program dan sindikasi pembiayaan, serta kerja sama infrastruktur teknologi digital,” tegasnya.
Alex juga menambahkan, keberadaan bank jangkar akan menjadi solusi bagi persoalan likuiditas yang kerap melanda industri perbankan. Kerja sama linkage program juga bermanfaat untuk meningkatkan penyaluran kredit dengan bunga kompetitif. Sindikasi pembiayaan membantu BPR dengan aset kecil untuk menangkap peluang sehingga tidak kehilangan potensi keuntungan. Dan digitalisasi merupakan a must thing to do yang tidak bisa dihindari pada waktu sekarang ini.
BPR Gathering & Seminar BPR Arto Moro Semarang dihadiri oleh 141 BPR dari Jawa Tengah, DIY, dan Bali. Tampil sebagai pembicara yaitu Dr. H. Subyakto, SH, MH, MM selaku Founder BPR Arto Moro, Drs. H. Dadi Sumarsana, SH, MM selaku Ketua Perbarindo DPD Jawa Tengah, Aman Santosa, selaku Kepala OJK Regional 3 Jateng & DIY. Pemateri utama atau keynote speaker pada acara seminar yaitu Alex P. Chandra, Founder BPR Lestari Group dengan moderator Eko Suseno, SE, MM, PFC.
Hadir juga pada acara ini tokoh-tokoh senior BPR di Jawa Tengah antara lain Wymbo Widjaksono; BPR Bina Sejahtera Insani, Satriyo Yudiarto; BPR Surya Yudha, H. Mudjadi Djajadinata, SE, MBA; BPR Gunung Slamet, L. Arum Riyana, SE; BPR Mekar Nugraha, dan RY. Kristian Hardianto, SH; BPR Gunung Rizki. (*) Ari Nugroho
Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More
Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More
Jakarta - Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More
Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More