Categories: Analisis

Bos OJK: Sektor Jasa Keuangan Tetap Stabil di Tengah Dinamika Global dan Domestik

Poin Penting

  • Sektor jasa keuangan tetap tangguh sepanjang 2025, ditopang stabilitas ekonomi global, arah kebijakan moneter yang lebih akomodatif, serta pemulihan pasar modal
  • Tantangan global dan domestik masih terasa, mulai dari perlambatan ekonomi Tiongkok, moderasi ekonomi AS pasca-shutdown, hingga permintaan domestik Indonesia yang masih memerlukan dukungan
  • Intermediasi dan industri asuransi tumbuh moderat, namun ketahanan sektor jasa keuangan tetap kuat berkat permodalan solid, pencadangan memadai, dan risiko yang terkendali

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai sektor jasa keuangan secara umum menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah berbagai dinamika global dan domestik.

Hal ini tersebut didukung oleh perekonomian global relatif stabil yang ditandai dengan aktivitas manufaktur global yang berada di zona ekspansi. Terutama di negara-negara maju, meskipun kinerja perdagangan dunia cenderung mendatar.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengatakan, arah kebijakan moneter global terlihat lebih akomodatif, meskipun sentimen pasar menuju 2026 tetap berhati-hati akibat meningkatnya risiko fiskal dan kenaikan imbal hasil obligasi jangka panjang.

Di Amerika Serikat (AS), misalnya, kondisi ekonomi terlihat beragam setelah penutupan pemerintahan atau shutdown selama 43 hari. Sementara, pasar tenaga kerja terpantau termoderasi.

“Lebih lanjut, The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps), namun tetap memberikan sinyal hawkish di tengah tekanan fiskal dan meningkatnya yield jangka panjang,”ujar Mahendra dalam Konferensi Pers RDK, Kamis, 11 Desember 2025.

Baca juga: OJK Berikan Relaksasi Kredit untuk Debitur Terdampak Bencana Sumatra

Di Tiongkok, sejumlah indikator utama di sisi permintaan tercatat di bawah ekspektasi pasar. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal III 2025 terpantau melambat, dengan konsumsi rumah tangga masih tertahan yang mengindikasikan masih lemahnya konsumsi domestik.

“Penjualan retail dan aktivitas di sektor properti juga mencatatkan perlambatan,” tambahnya.

Sementara di domestik, perekonomian Indonesia terpantau solid, dengan kondisi ekonomi kuartal III 2025 tumbuh 5,04 persen secara tahunan (year o year/yoy) dan indeks PMI manufaktur tetap berada di zona ekspansi.

Sektor Jasa Keuangan Domestik Stabil

Berdasarkan hal tersebut, kata Mahendra, perlu dicermati perkembangan permintaan domestik yang masih memerlukan dukungan lebih lanjut, seiring dengan moderasi inflasi inti, tingkat kepercayaan konsumen, serta tingkat penjualan retail, semen, dan kendaraan.

“Meski begitu, sepanjang 2025, sektor jasa keuangan secara umum menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah berbagai dinamika global dan domestik,” tandasnya.

Di pasar modal, meskipun sempat mengalami tekanan pada akhir triwulan I 2025 akibat sentimen negatif perdagangan global, namun IHSG pulih dan kembali berada pada tren positif, ditopang oleh respons kebijakan yang adaptif dari OJK dan Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui kebijakan buyback tanpa RUPS, penyesuaian batasan trading hold, serta penerapan asymmetric auto rejection.

“Setelah periode volatilitas tersebut, IHSG menunjukkan resiliensi yang tinggi, bahkan mencatat beberapa kali rekor tertinggi sepanjang tahun 2024,” ungkapnya.

Baca juga: Pengamat Beberkan Risiko Besar di Balik Wacana Penghapusan SLIK OJK

Dari sisi intermediasi, pertumbuhan kredit perbankan dan perusahaan pembiayaan mengalami moderasi dibandingkan tahun lalu, terutama pada segmen-segmen yang terdampak perlambatan kinerja sekto riil.

Selanjutnya, premi asuransi, khususnya asuransi jiwa, tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, ketahanan industri jasa keuangan dinilai tetap kuat, ditopang oleh permodalan yang solid, kecukupan pencadangan, serta profil risiko yang terkendali.

“Kondisi ini menjadi modalitas untuk ruang ekspansi kinerja sektor jasa keuangan yang lebih luas ke depan. Yang didukung dengan implementasi kebijakan pendalaman pasar keuangan, peluasan akses pembiayaan, serta penguatan integritas dan tata kelola di seluruh sektor jasa keuangan,” tutupnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Generali Indonesia Tegaskan Komitmen Diversity, Equality & Inclusion

Memperingati Hari Disabilitas Internasional, Generali Indonesia kembali menegaskan komitmen Diversity, Equity dan Inclusion (DEI) yang… Read More

7 mins ago

Insentif Impor Mobil Listrik CBU Disetop 2026, Ini Prediksi Harga Jual di RI

Poin Penting Pemerintah hentikan insentif impor Completely Built Up (CBU) mobil listrik mulai Januari 2026.… Read More

6 hours ago

Pangsa Motor Listrik Masih Kecil Dibanding Mobil, Ini Sebabnya

Poin Penting Pangsa pasar motor listrik sangat kecil, baru sekitar 1% dari total penjualan motor… Read More

7 hours ago

Bank Mandiri Perkuat Kepercayaan Publik di Era AI

Poin Penting Bank Mandiri menekankan kemanusiaan sebagai inti inovasi di era AI dan digitalisasi. Prinsip… Read More

7 hours ago

Inflasi Medis dan Regulasi Baru Dorong Perusahaan Ubah Manfaat Kesehatan Karyawan

Poin Penting Lonjakan biaya kesehatan dan aturan OJK serta BPJS mendorong perusahaan evaluasi ulang desain… Read More

7 hours ago

IASC OJK Terima Laporan Kerugian Rp8,2 Triliun hingga November 2025

Poin Penting IASC OJK mencatat kerugian akibat penipuan dari Januari-November 2025 mencapai Rp8,2 triliun. Sebanyak… Read More

8 hours ago