Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar.
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai sektor jasa keuangan terjaga stabil di tengah dinamika global dan domestik. Meski, berdampak terbatas pada volatilitas di sektor pasar saham pasca aksi demo pekan lalu.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menjelaskan dalam laporan terbarunya, IMF merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 20 basis point (bps) menjadi 3 persen pada 2025 dan 10 bps menjadi 3,1 persen pada 2026.
Revisi tersebut didorong oleh front loading menjelang kenaikan tarif serta tarif efektif Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari rencana awal, perbaikan kondisi likuiditas global, serta kebijakan fiskal yang akomodatif.
“Sejalan dengan itu, WTO (World Trade Organization) juga memperkirakan perdagangan global di tahun 2025 ini tumbuh 0,9 persen, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, minus 0,2 persen, terutama sekali lagi karena peningkatan front loading impor AS,” ujar Mahendra dalam Konferensi Pers RDK, Kamis, 4 September 2025.
Baca juga: OJK Minta Investor Pasar Modal Tetap Percaya Diri di Tengah Dinamika Sosial Politik
Mahendra menyebutkan, perkembangan di negara utama menunjukkan kondisi yang beragam, mengarah pada peningkatan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global yang mendukung penguatan pasar keuangan, serta aliran dana ke emerging market, termasuk Indonesia.
Di dalam negeri, kata Mahendra, perkonomian domestik mencatatkan tingkat pertumbuhan yang solid. Sementara itu, intermediasi di sektor jasa keuangan menunjukkan pertumbuhan yang positif sejalan pertumbuhan ekonomi domestik.
Di pasar modal, IHSG mencetak rekor tertinggi di Agustus 2025, meskipun dinamika dalam negeri dalam sepekan terakhir ini berdampak berbatas pada volatilitas pasar saham.
Meski demikian, kata Mahendra, berdasarkan asesmen atas kondisi lembaga jasa keuangan secara menyeluruh, tingkat likuiditas masih dalam level yang memadai dan didukung solvabilitas yang baik.
“OJK bersama industri jasa keuangan dan asosiasi terkait akan terus melakukan pendataan dan asesmen menyeluruh atas dampak dinamika domestik dalam beberapa hari terakhir ini,” pungkasnya.
Menurutnya, langkah ini dilakukan agar opsi-opsi kebijakan yang diambil didasarkan data yang akurat dan tepat sasaran dalam memastikan sektor jasa keuangan tetap terjaga stabil.
Baca juga: OJK Delegasikan Wewenang Perizinan Pasar Modal ke Daerah Lewat SPRINT
Lebih lanjut, OJK juga akan berkoordinasi dengan seluruh lembaga jasa keuangan (LJK) agar dapat melakukan langkah-langkah antisipatif untuk memastikan LJK tetap melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya.
“Koordinasi dan sinergi dengan seluruh anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga terus dipererat dalam menjaga dan memitigasi potensi risiko yang dapat mengganggu stabilitas sektor jasa keuangan secara keseluruhan,” imbuhnya. (*)
Editor: Galih Pratama
Poin Penting PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menekankan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, dunia usaha, investor,… Read More
Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More
Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More
Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More
Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More
Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More