Jakarta – Teknologi artificial intelligence (AI) bisa diibaratkan layaknya pedang bermata dua. Tidak dapat dipungkiri bahwa AI mampu mempermudah pekerjaan manusia di berbagai bidang. Namun, AI juga bisa membawa kerugian jika digunakan secara sembarang.
Chairman MarkPlus Inc Hermawan Kartajaya mengatakan, keberadaan AI ini layakanya demokratisasi di politik. Maksudnya, penggunaannya kini semakin menyeluruh dan komersial. Ia membandingkan AI dengan mobil, yang dahulu hanya dimiliki orang-orang kaya, kini semakin banyak warga kelas menengah yang punya mobil.
“Sekarang ini kan sudah revolusi industri 1, 2, 3, 4, 5. Dan setiap revolusi industri, hati-hati, itu menciptakan demokratisasi. Dulu enggak ada mobil, ada mobil. Demokratisasi. Jadi, semua orang bisa mencapai tujuan yang sama dengan lebih cepat,” terang Hermawan pada webinar OJK Institute bertajuk “Strategi Pemasaran Digital di Era Digital: Taktik dan Langkah Efektif Mencetak Profit Optimal”, Rabu, 5 Juni 2024.
Baca juga: Dengan Teknologi AI, Platform Digital Mebiso Mudahkan Ribuan UMKM Daftarkan Merek
“Kalau dulu kan, hanya orang kaya mungkin yang bisa beli mobi. Kalau sekarang mobil itu makin lama makin murah. Nah, AI ini juga bagus,” tambah Hermawan.
Meskipun begitu, Hermawan mengimbau agar manusia tidak terlena dengan AI. Di tengah pesatnya kemajuan AI, ia berujar agar orang-orang tidak menggantungkan hidup mereka dengan teknologi ini.
“Di tengah kondisi “the rise of AI” ini, kita jangan sampai menyerahkan nasib kita pada AI,” jelasnya.
Hermawan membenarkan, kecerdasan AI amat membantu dari sisi marketing yang mana bisa menargetkan konsumen yang sesuai dan tepat sasaran. Tetapi, dari sisi konsumen, mereka harus berhati-hati karena bisa terperangkap dengan penargetan AI secara terus-menerus.
Baca juga: Adopsi Teknologi AI, DANA Perkuat Layanan Keuangan Digital Bagi Pengguna
AI, yang ditujukan untuk mendulang cuan, bisa membuat gaya hidup seseorang lebih boros. Untuk itu, Hermawan mengimbau konsumen agar tidak sampai termakan marketing ini. Ia juga menekankan kepada perusahaan agar tetap memantau penggunaan AI dalam marketing, khususnya dalam melaksanakan customer management.
“Yang paling bahaya adalah AI in customer management. Jangan mengurus customer secara ngawur. Kalau AI dipakai untuk mengurus customer secara ngawur, AI kan bisa nyari. Orang yang senang utang ditawari utang terus. Kan, mereka belum tentu orang itu bisa bayar,” ungkap Hermawan.
Meskipun begitu, dirinya juga tetap memuji keberadaan AI yang membantu orang-orang dalam bekerja. Sebagai contoh, pekerja disabilitas yang memanfaatkan AI, kini akan dilihat dari apa yang ia buat, alih-alih identitasnya sebagai kaum yang membutuhkan bantuan.
“Orang enggak tahu lagi siapa. Ini menguntungkan disabilitas sebagai pekerja dan sebagai profesional. Jadi bergembiralah para disabilitas apapun yang sekarang dengan arah AI ini harus memanfaatkan ini,” tukasnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso
Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More
Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More
Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More
Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More
Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More
Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More