Keuangan

Bos Jalin Yakin Masyarakat Akan Segera Beralih ke Transaksi Digital

Jakarta – Direktur Utama PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin), Ario Tejo Bayu Aji mengungkapkan keyakinannya bahwa masyarakat perlahan akan segera pindah dari yang awalnya sering bertransaksi menggunakan uang tunai, menjadi transaksi secara digital.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), peredaran uang kartal di kalangan masyarakat masih mengalami pertumbuhan. Tercatat ada pertumbuhan sebesar 8,7 persen secara year on year (yoy) dari Rp897,8 miliar uang kartal yang beredar pada 2022 lalu, menjadi Rp975,92 miliar per Desember 2023.

Tumbuhnya uang kartal ini masih berbanding lurus dengan penggunaan uang tunai sebagai metode pembayaran, yang menurut data Global Payment Report, jumlahnya mencapai 40 persen dari masyarakat. Meskipun begitu, Ario mengungkap ada perubahan kebiasaan dari masyarakat terhadap metode transaksi yang mereka lakukan, dari yang konvensional menjadi digital.

Baca juga: Begini Strategi Jalin Hadapi Lonjakan Transaksi Keuangan Digital Saat Lebaran 2024

“Ada perubahan behaviour. Orang sudah malas bawa dompet segala macam. Mereka sekarang di-entertain dengan banyaknya aplikasi wallet,” tutur Ario pada Senin, 25 Maret 2024.

Alasan lain yang melandasi perubahan ini, menurut Ario, adalah perubahan sikap masyarakat. Lebih detailnya, banyak orang sudah beralih dari yang sebelumnya menjadi konsumen, kini juga menjadi pelaku ekonomi.

“Kebutuhan uang tunai ini bukan hanya untuk ‘ditarik’, tapi juga untuk disetor. Banyak masyarakat yang sudah menjadi pelaku ekonomi,” ungkap Ario.

Argumen-argumen tersebut yang membuat Ario yakin bahwa masyarakat Indonesia akan mulai mengalami periode transisi dari transaksi konvensional, menjadi transaksi digital. Terlebih, digitalisasi semakin memudahkan orang-orang untuk bertransaksi, membuat metode ini akan terus mengalami peningkatan.

Baca juga: Studi Visa: 80 Persen Masyarakat Masih Demen Transaksi Uang Tunai

Contohnya, transaksi electronic money (e-money) akan mengalami kenaikan 25,8 persen (yoy), dari 831 triliun pada 2023 menjadi 1.051 triliun tahun ini. Pun halnya dengan digital banking diproyeksi tumbuh 9,1 persen (yoy) menjadi Rp63.804 triliun pada 2024, dari yang awalnya Rp58.478 triliun per 2023 silam.

Tercatat pula tren merchant QRIS yang saat ini disebutkan mencapai 30 juta. Ario mengatakan, ⅔ (dua per tiga) dari jumlah ini tersebar di Jawa, dan sisanya belum merata. Dengan demikian, meskipun jumlahnya cukup besar, penerapannya masih perlu dilakukan secara bertahap.

“Trennya ke sana (digitalisasi), tetapi adopsinya masih memerlukan waktu,” tutup Ario. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Galih Pratama

Recent Posts

Jumlah SID Naik, BEI Gaspol Tingkatkan Keaktifan Investor di Pasar Modal

Balikpapan – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, jumlah single investor identification (SID) menembus 14 juta per… Read More

3 hours ago

Generali Indonesia Beri Perlindungan Asuransi bagi 6.000 Pelari di PLN Electric Run 2024

Jakarta – PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) terus mendukung berbagai kegiatan yang mempromosikan kesehatan… Read More

3 hours ago

Diikuti 6.470 Pelari, PLN Electric Run 2024 Ditarget Hindari Emisi Karbon hingga 14 ton CO2

Jakarta - Sebanyak 6.470 racepack telah diambil pelari yang berpartisipasi dalam PLN Electric Run 2024… Read More

10 hours ago

Segini Target OJK Buka Akses Produk dan Layanan Jasa Keuangan di BIK 2024

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membidik pencapaian Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2024 sekitar 8,7… Read More

11 hours ago

HUT ke-26, Bank Mandiri Hadirkan Inovasi Digital Adaptif dan Solutif untuk Siap Jadi Jawara Masa Depan

Jakarta - Merayakan usia ke-26, Bank Mandiri meluncurkan berbagai fitur dan layanan digital terbaru untuk… Read More

24 hours ago

KemenKopUKM Gandeng Surveyor Indonesia Verifikasi Status Usaha Simpan Pinjam Koperasi

Jakarta - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menunjuk PT Surveyor Indonesia, anggota Holding BUMN IDSurvey,… Read More

1 day ago