Moneter dan Fiskal

Bos GoTo Sebut Indonesia Tak Perlu Fokus Tingkatkan Sektor Manufaktur, Ini Sebabnya

Jakarta – Manufaktur kerap dianggap sebagai sektor utama yang dapat mendorong pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) suatu negara. Namun, Patrick Walujo, CEO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo), memiliki pandangan berbeda terkait strategi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Menurut Patrick, Indonesia memiliki potensi besar di berbagai sektor lain yang dapat dimaksimalkan tanpa harus terlalu bergantung pada manufaktur.

“Jika kita melihat negara-negara maju, mayoritas memulai dengan kemajuan memiliki basis manufaktur yang kuat. Namun, ada negara seperti Australia yang diberkahi dengan sumber daya yang besar,” kata Patrick dalam dalam acara Indonesia PE-VC Summit 2025, Kamis, 16 Januari 2025.

Baca juga: PMI Manufaktur RI Keluar dari Zona Merah Setelah 5 Bulan Kontraksi

Patrick menilai Indonesia memiliki peluang besar di sektor agrikultur. Ia menyebut Belanda sebagai contoh negara yang berhasil menjadi penyuplai pangan global meskipun wilayahnya tidak terlalu luas. Hal ini menunjukkan bahwa agrikultur dapat menjadi kekuatan utama suatu negara bila dikelola dengan baik.

Selain itu, Patrick menyoroti potensi besar Indonesia di sektor tambang dan energi. Ia membandingkan Indonesia dengan Vietnam, yang memiliki sektor manufaktur yang kuat namun tidak didukung oleh sumber daya energi yang melimpah.

“Vietnam memang kuat, tetapi mereka tidak punya sumber daya energi jangka panjang. Itu terbatas di Vietnam. Di Indonesia, kita punya planet yang kaya akan sumber daya energi. Jadi, kita perlu berpikir secara berbeda,” paparnya.

Indonesia vs Vietnam: Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia sering dibandingkan dengan Vietnam dalam hal pertumbuhan ekonomi. Selama 10 tahun terakhir, menurut Dana Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan ekonomi Vietnam konsisten di atas 6 persen, sementara Indonesia berada di kisaran 5 persen.

Baca juga: Pembagian Dividen 2024 Tembus Rp364,2 Triliun, 2 Saham Ini jadi Penyumbang Terbesar

Patrick mengakui bahwa pertumbuhan manufaktur di Vietnam memang menjadi faktor pendorong utama ekonomi mereka. Namun, ia menekankan bahwa setiap negara memiliki pendekatan yang berbeda untuk mencapai kemajuan.

“Vietnam sedang mengejar apa yang menjadi keahlian mereka. Itu bagus, tapi Indonesia dan Vietnam adalah dua negara yang berbeda,” tutupnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Yulian Saputra

Recent Posts

Daftar Lengkap UMP 2026 di 36 Provinsi, Siapa Paling Tinggi?

Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More

3 mins ago

UMP 2026 Diprotes Buruh, Begini Tanggapan Menko Airlangga

Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More

44 mins ago

Aliran Modal Asing Rp3,98 Triliun Masuk ke Pasar Keuangan RI

Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More

1 hour ago

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

20 hours ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

21 hours ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

21 hours ago