Jakarta – Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra membeberkan alasan dirinya menutup sejumlah rute penerbangan internasional di awal masa jabatan memimpin maskapai pelat merah tersebut.
Penutupan rute internasional tersebut dilakukanan lantaran keberadaan rute-rute tersebut dinilai tidak potensial dalam berkompetisi dengan maskapai lain dan tidak memberikan pendapatan berarti bagi perusahaan.
“Hari pertama saya masuk, ada dua rute yang saya tutup rute internasional, yakni Jakarta-London dan Jakarta-Nagoya. Kenapa rute London? karena tidak ada kemampuan kita untuk bersaing dengan para kompetititor maskapai terbang ke London,” ungkapnya dalam acara Leadership in Changing Atmosphere, Kamis (24/8).
Baca juga: Buka-Bukaan Bos Garuda Indonesia Bakal Merger dengan Pelita Air
Diakuinya, di awal pembukaan rute internasional, Jakarta-London memang didasari adanya fenomena ‘pulang kampung’ jutaan warga Australia ke negara asalnya. Peluang tersebut coba dimanfaatkan oleh banyak sekali airlines di Asia Tenggara.
“Sayangnya value proposition yang dimiliki Garuda Indonesia itu berbeda dengan yang lain. Hal ini berbanding terbalik dengan rute penerbangan ke Jeddah, Arab Saudi,” jelasnya.
Di mana, kata dia untuk value proposition Garuda Indonesia untuk penerbangan ke Arab Saudi sudah langsung (direct), tidak stop over di manapun.
“Adapun untuk penerbangan ke London itu suka tidak suka, kita harus berhenti di satu tempat untuk kemudian bisa melanjutkan penerbangan karena kapasitas dan kemampuan penerbangan yang ada,” akunya.
Jika dibandingkan dengan maskapai Singapore Airlines, mereka bisa terbang sebanyak 5 kali dalam sehari. Sementara, untuk maskapai Garuda Indonesia penerbangan ke sana hanya dilakukan 2 hari sekali.
“Jadi buat para pebisnis dan para pengguna penerbangan sungguh sebuah pilihan yang salah memiliki Garuda untuk terbang ke London. Oleh sebab itu kita tutup,” ujarnya.
Begitu pun dengan rute penerbangan internasional Nagoya. Dirinya pun mempertanyakan kenapa bisa membuka rute ke satu kota di Jepang yang mayoritas orang Indonesia tidak kenal. Kalah pamor dengan Osaka ataupun Tokyo.
“Hingga akhirnya rute Nagoya juga kita tutup karena tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan,” jelasnya.
Baca juga: Terungkap! Ini Alasan PNS ‘Diwajibkan’ Naik Garuda Indonesia Saat Perjalanan Dinas
Sebagaimana diketahui, kebijakan penutupan sejumlah rute penerbangan internasional akibat dampak pandemi Covid-19. Kondisi keuangan perusahaan sudah parah, secara teknik maskapai Garuda Indonesia sudah dinyatakan bangkrut.
Oleh sebab itu, Garuda Indonesia memangkas jumlah pesawat milik Garuda Indonesia yang saat itu berjumlah 202 unit berkurang menjadi 134 di tahun 2022. Kondisi karena sebagian besar pesawat kena grounded oleh lessor.
Langkah penutupan sejumlah rute penerbangan ini dilakukan sebagai jaminan kepada lessor bahwa perusahaan akan menguntungkan di masa mendatang. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta - Zurich Topas Life terus memperkuat posisinya di industri asuransi dengan beragam inovasi digital… Read More
Jakarta - MNC Sekuritas melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara teknikal pada hari… Read More
Jakarta - PT Asuransi Allianz Life Syariah Indonesia (Allianz Syariah) terus berupaya meningkatkan literasi masyarakat tentang… Read More
Jakarta – Pesatnya perkembangan teknologi di era modern tidak hanya membawa kemudahan, tetapi juga meningkatkan… Read More
Jakarta - Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap) terus menunjukkan komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan para nasabahnya,… Read More
Jakarta – Rencana aksi korporasi BTN untuk mengakuisisi bank syariah lain masih belum menemukan titik terang. Otoritas… Read More