Pasar Modal

Bos BEI Beberkan Alasan Revisi Batas Trading Halt Jadi 8 Persen

Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dibuka pagi ini, Selasa (8/4), langsung mengalami trading halt lantaran ambles 9,19 persen atau ke level 5.912,06 usai libur panjang Idulfitri 1446 H. Merespons hal tersebut, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pun buka suara.  

“Hari ini, Selasa, 8 April 2025, telah dilakukan tindakan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pukul 09:00:00 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS),” tulis pernyataan resmi BEI, Selasa, 8 April 2025.

Adapun perdagangan sendiri akan dilanjutkan pada pukul 09:30:00 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan. Tindakan ini dilakukan karena terdapat penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 8 persen. 

“BEI melakukan upaya ini dalam rangka menjaga perdagangan saham agar senantiasa teratur, wajar, dan efisien sesuai dengan Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas dan diatur lebih lanjut pada Surat Keputusan Direksi BEI nomor Kep-00002/BEI/04-2025,” tutup keterangan tersebut.

Baca juga : Imbas Tarif Trump, Rupiah Diperkirakan Berada di Level Rp16.800 per Dolar AS

Alasan Trading Halt

Direktur Utama PT BEI Iman Rachman mengungkapkan alasan penyesuaian trading halt menjadi 8 persen. Salah satunya, mengantisipasi pasar modal Indonesia terhadap gejolak tarif impor Presiden AS Donald Trump ke sejumlah negara mitra termasuk Indonesia yang dikenai tarif impor 32 persen oleh AS.

“Ini adalah langkah strategi yang dilakukan bursa untuk mengantisipasi penetapan tarif (Trump) di global,” katanya saat konferensi persnya di Kantor BEI, Jakarta, Selasa (8/4).

Termasuk juga aturan yang disampaikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait dengan kebijakan buyback saham tanpa perlu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Baca juga : Breaking News! IHSG Dibuka Ambles 9,19 Persen, BEI Lakukan Trading Halt

“Artinya apa? kita berharap bahwa likuiditas kita bisa terus meningkat dan tidak hanya dilakukan oleh investor, baik institusi mau beberapa orangnya, tetapi permintaan kita tertambah dengan adanya buyback yang dilakukan oleh korporasi,” jelasnya.

Menurutnya, trading halt sendiri telah menjadi mekanisme penting dalam menjaga kondisi pasar teratur, wajar, dan efisien, khususnya saat terjadi volatilitas pasar. (*)

Editor: Galih Pratama

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Wamenkop: Semangat Syarikat Islam dan Koperasi Tak Bisa Dipisahkan

Jakarta - Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono mengungkapkan, sejarah panjang perjalanan koperasi di Indonesia… Read More

4 hours ago

Sompo Insurance Gelar Aksi ’50 Second Challenges’ di HUT ke-50, Begini Keseruannya

Jakarta – PT Sompo Insurance Indonesia (Sompo Insurance) menggelar aksi “50 Second Challenges” sebagai bagian dari… Read More

7 hours ago

Pertamina Mandalika Racing Series dan Scooter Prix Bisa Jadi Katalisator Ekonomi

Jakarta - Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat, menyambut baik… Read More

8 hours ago

Akhir April Cerah, Modal Asing Guyur RI Rp2,36 Triliun

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat, pada pekan keempat April 2025, aliran modal asing masuk atau capital… Read More

17 hours ago

RUPST Ancol Angkat Cak Lontong jadi Komisaris

Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk sepakat mengangkat… Read More

18 hours ago

BCA Menggila, OJK dan Infobank Pun Dilibasnya

Jakarta -- PT Bank Central Asia (BCA) Tbk memang juara. Tak hanya di kinerja bisnis,… Read More

19 hours ago