Teknologi

Bos AWS Optimistis Atas Masa Depan Adopsi AI di RI, Ini Alasannya

Jakarta – Country Lead Amazon Web Services (AWS) Indonesia, Anthony Amni menyatakan optimismenya terkait perkembangan layanan artificial intelligence (AI) dari AWS Indonesia. Ia menyatakan bahwa pertumbuhan adopsi AI milik AWS oleh industri domestik Indonesia selalu tumbuh double digit setiap tahunnya.

“Kami bisa lihat dari data kami adalah adopsi teknologi AI dari portfolio kami itu pertumbuhannya selalu double digit,” ujarnya pada acara konferensi pers AWS Summit Indonesia 2025 di Jakarta, Kamis, 7 Agustus 2025.

Ia menjelaskan bahwa adopsi AI milik AWS terjadi merata pada semua sektor industri, mulai dari startup hingga traditional enterprise.

Ia mengatakan, tak bisa memproyeksikan bagaimana perkembangan adopsi AI di Indonesia ke depan secara lebih terperinci. Namun, melihat tren pertumbuhan yang ada, ia meyakini jika AI semakin diminati dan umum digunakan oleh industri Indonesia ke depannya.

“Jadi, memang kami melihat bahwa adopsi ini sangat-sangat kencang,” sebutnya.

Lebih lanjut, ia mengutarakan, tugas perusahaan layanan teknologi seperti AWS adalah memastikan penggunaan teknologi AI oleh setiap perusahaan itu tepat guna, agar bisa menyelesaikan permasalahan yang beragam di setiap perusahaan dan sektor industri.

Di samping itu, ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antar stakeholder untuk mencetak talenta-talenta unggul yang cakap di bidang AI. AWS sendiri telah berkolaborasi dengan Telkomsel sebagai salah satu kliennya dalam memberikan edukasi dan pelatihan terkait AI.

“Jadi, saya juga ingin sampaikan ke rekan-rekan pelaku industri lainnya, siapa tahu juga ada yang ingin terus berkolaborasi dengan kami. Karena, semakin banyak kolaborasi, semakin banyak talenta yang bisa dikembangkan,” terang Anthony.

Adopsi AI di Indonesia Meningkat Pesat

AWS merilis riset terbaru yang mengungkapkan peningkatan adopsi AI di Indonesia. 5,9 juta bisnis di Indonesia mengadopsi solusi AI pada tahun 2024 – setara dengan lebih dari sepuluh bisnis per menit secara rata-rata.

Total 18 juta, atau 28 persen dari bisnis di Indonesia telah mengadopsi AI, menunjukkan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 47 persen. Sementara dari sisi potensi produktivitas dan ekonomi, sebanyak 59 persen dari bisnis yang telah mengadopsi AI melaporkan peningkatan pendapatan rata-rata sebesar 16 persen, sedangkan 64 persen melaporkan penghematan biaya rata-rata sebesar 29 persen.

Di satu sisi, survei yang dilakukan AWS bekerja sama dengan Strand Partners berjudul “Unlocking Indonesia’s AI Potential” terhadap 1.000 pemimpin bisnis dan 1.000 anggota masyarakat umum ini juga mengungkapkan mayoritas bisnis belum memanfaatkan penggunaan AI secara mendalam.

Ruang atas pendalaman pemanfaatan AI untuk membuka potensi bisnis sepenuhnya pun masih sangat besar di Indonesia. Sebanyak 76 persen bisnis di Indonesia masih berfokus pada penggunaan dasar, seperti mendorong efisiensi dan menyederhanakan proses menggunakan AI – alih-alih berinovasi dalam mengembangkan produk baru atau mendisrupsi industri.

Hanya 11 persen dari bisnis yang mengadopsi AI telah mencapai tahap menengah, dan hanya 10 persen yang mencapai tahap integrasi AI paling transformatif, di mana AI bukan lagi sekadar alat, melainkan bagian inti dari pengembangan produk, pengambilan keputusan, dan model bisnis.

Antusiasme Startup

Startup, khususnya, sangat antusias dan inovatif dalam penggunaan AI di Indonesia. Sebanyak 52 persen startup di Indonesia menggunakan AI dalam berbagai cara, dan 34 persen di antaranya membangun produk baru sepenuhnya berbasis AI.

Sebaliknya, 41 persen perusahaan besar menggunakan AI, namun hanya 21 persen dari mereka yang meluncurkan produk atau layanan baru berbasis AI, dan hanya 22 persen yang memiliki strategi AI yang komprehensif.

“Meskipun 28 persen bisnis melaporkan telah mengadopsi AI, sebagian besar penerapannya masih bersifat dasar sekalipun terjadi adopsi teknologi yang cepat selama satu tahun terakhir,” ujar Direktur Strand Partners, Nick Bonstow secara virtual di kesempatan yang sama.

Menurut Nick, budaya fleksibilitas dan digitalisasi yang kuat pada startup menjadikannya lebih agile dalam mengadopsi teknologi baru, seperti AI. Oleh karenanya, edukasi dan pelatihan yang berkelanjutan perlu terus dilakukan untuk menggenjot pertumbuhan adopsi AI lebih lagi di Indonesia. Mengingat dampak adopsi AI oleh industri yang turut dapat berkontribusi positif untuk ekonomi nasional.

“Ekonomi ‘dua tingkat’ yang dihasilkan bisa berdampak jangka panjang pada perkembangan ekonomi suatu negara,” pungkas Nick. (*) Steven Widjaja

Yulian Saputra

Recent Posts

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

5 hours ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

5 hours ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

6 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

7 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

8 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

8 hours ago