Jakarta – PT BNI Sekuritas sebagai anak usaha PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara bottom-up diperkirakan berada di sekitar level 8.200 pada tahun 2025.
SEVP Research BNI Sekuritas, Erwan Teguh, mengatakan bahwa IHSG pada tahun ini akan bergerak di rentang bearish dan bullish di posisi 7.200 hingga 8.950 dan berpotensi tumbuh hingga 24 persen.
“Target indeks JCI secara bottom-up diperkirakan berada di sekitar 8.200, dengan rentang kasus bearish dan bullish di 7.200 hingga 8.950. Potensi kenaikan mencapai 24 persen,” ucap Erwan dalam keterangan resmi dikutip, Jumat, 10 Januari 2025.
Baca juga: BNI Sekuritas Gelar Literasi Pasar Modal
Erwan menyebut, valuasi pasar Indonesia, baik berdasarkan rasio P/E maupun PBV, sangat menarik jika dibandingkan dengan negara-negara sejenis di kawasan Asia dan hasil imbal hasil obligasi.
Sebagian besar sektor, termasuk telekomunikasi, barang konsumen, dan keuangan, berada di bawah rata-rata historis. Pertumbuhan diperkirakan akan didorong oleh sektor barang konsumen, kesehatan, dan keuangan, sementara sektor komoditas mungkin tetap kurang menggairahkan.
Di sisi lain, Erwan menambahkan, kemungkinan resesi di Amerika Serikat (AS) masih rendah, namun risikonya cenderung meningkat, hal ini karena kemenangan Donald Trump dan dominasi Partai Republik yang menciptakan situasi politik trifecta dapat memberikan peluang bagi Trump untuk menerapkan kebijakan kontroversial.
“Jika kebijakan-kebijakan tersebut dijalankan, hal ini bisa menambah risiko penurunan terhadap pertumbuhan global,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, tantangan utama yang dihadapi Indonesia adalah fluktuasi harga komoditas dan pertumbuhan yang lebih lambat dari mitra dagang terbesar, yaitu China.
Baca juga: Dinilai Mampu Hadapi Fluktuasi Pasar, Produk Reksa Dana Ini Bisa jadi Pilihan
Meski begitu, proyeksi ekonomi Indonesia pada tahun 2025 akan mengalami pertumbuhan yang stabil, didukung oleh kebijakan yang berfokus pada stabilitas, investasi, konsumsi domestik, serta program sosial, dan kemungkinan besar akan menghindari ekspansi fiskal besar-besaran.
Kemudian didukung juga dengan pasar konsumen Indonesia yang berpotensi mencatatkan pertumbuhan yang kuat jika langkah-langkah stimulus fiskal dapat dipertegas, serta akan mendorong konsumsi.
Lalu sektor nikel Indonesia tetap menjadi sektor kunci, meskipun volatilitas harga komoditas dan perdebatan mengenai energi terbarukan dapat memengaruhi prospek permintaan.
Baca juga: Potensi Cuan Indonesia di Balik Perang Dagang AS-China, Ini Penjelasannya
Adapun pemangkasan suku bunga global dan stimulus dari China memberikan dorongan positif, tetapi ketegangan geopolitik, terutama di kawasan Asia-Pasifik, serta konflik yang terus berlanjut di Ukraina dan Gaza, dapat menambah risiko terhadap aliran perdagangan dan sentimen investor.
“Dengan proyeksi pertumbuhan yang stabil dan peluang investasi yang menarik di sektor-sektor tersebut, Indonesia menunjukkan potensi yang solid dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang ada,” tutup Erwan. (*)
Editor: Yulian Saputra
Jakarta – Kemudahan berutang secara daring rupanya membuat kelompok generasi milenial terjerat belenggu hutang. Rerata pinjamannya… Read More
Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat, 10 Januari 2025, ditutup… Read More
Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatatkan pendapatan berbasis fee (fee base income)… Read More
Jakarta - PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) atau Indonesia AirAsia sebagai emiten penerbangan telah menerbangkan… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja penjualan eceran tumbuh melambat secara tahunan dan terkontraksi secara bulanan.… Read More
Jakarta - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Ahmad Yohan meminta pemerintah segera membongkar pagar laut misterius… Read More