Jakarta– PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) sepanjang 2015 merestrukturisasi kredit bermasalah sebesar Rp20,7 triliun. SEVP Remedial and Recovery BNI Elia Massa Manik mengatakan tahun lalu dari jumlah tersebut yang diselesaikan langsung oleh bagian bisnis banking sebesar Rp5 triliun. Tercatat segmen korporasi mendominasi kredit yang direstrukturisasi yaitu mencapai 49%, segmen menengah 31,1%, kecil 13,7%, dan segmen konsumen 6,2%. Kendati NPL kredit untuk segmen korporasi diyakini telah dilakukan secara hati-hati, oleh karena itu ketika terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, diyakini nasabah korporasi masih bisa direstrukturisasi.
Soal korporat dalam restrukturisasi itu kita lakukan dengan kehati-hatian, jadi kalau korporat gak hanya 2 pilar, tapi kita lakukan 3 pilar, kita lihat proposal waktu kredit, apa kenyataannya baru dibuat remidi solusi,” kata Massa Manik di Jakarta, Senin 25 Januari 2016.
Sementara untuk kredit segmen menengah menurutnya tersebar di berbagai wilayah dengan debitur mencapai 1900 debitur dana akan ditangani oleh satuan tugas yang dibentuk khusus. Sementara untuk sektornya, manufaktur mendominasi dengan porsi 24,5%, pertambangan 20,2%, perdagangan, hotel dan restoran 17,4%, transportasi, pergudangan dan telekomunikasi mencapai 12,5%, konstruksi 6%, bisnis jasa 5,6%, air dan listrik 2,6% serta lain-lain 6,8%.
Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni mengatakan, BNI tahun ini setidaknya akan menjaga kisaran kredit bermasalah di kisaran 2,7% sama dengan tahun lalu. BNI juga akan memperkuat pencadangan hingga memiliki coverage ratio 145-150%. Meningkat dibanding tahun 2015 yang 140%. Tahun 2015, BNI juga masih menyisihkan tambahan pencadangan hingga Rp7,3 triliun.
“Untuk NPL 2016 kita jaga paling tinggi 2,7%, kita harap bisa ditekan lagi,” kata Baiquni.
Seperti diketahui, sepanjang 2015, BNI masih berkutat pada upaya memperbaiki rasio kredit bermasalahnya. Hingg akhir 2015, BNI membukukan laba bersih Rp9,1 triliun sepanjang 2015 turun 15,9% dibanding periode yang sama tahun 2014. Angka itu merupakan angka laba setelah pencadangan. Sebelum pencadangan, laba BNI tercatat Rp18,7 triliun tumbuh 10,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.(*)Ria Martati
Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More
Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More
Jakarta - Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More
Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More