Jakarta – Harga Bitcoin (BTC) kembali mengalami tekanan dalam 24 jam terakhir yang mengalami penurunan sebesar 1,79 persen ke level USD97.865 pada perdagangan hari ini, Selasa, 10 Desember 2024, pukul 08.00 WIB.
Koreksi ini terjadi setelah lonjakan historis harga Bitcoin yang berhasil menembus level psikologis USD100.000 untuk pertama kalinya pada Kamis pekan lalu.
Namun, reli tersebut tampaknya harus berhenti sementara, dengan pasar yang mulai dilanda aksi ambil untung atau profit-taking.
Baca juga: Rupiah Diperkirakan Melemah Setelah Data NFP AS Terbit, Segini Nilainya
Selain itu, perhatian para investor kini beralih ke rilis data inflasi dan indikator ekonomi utama lainnya, yang menjadi kunci keputusan suku bunga Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan 18 Desember mendatang.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha mengatakan, berdasarkan data dari FedWatch, pasar memperkirakan probabilitas sebesar 85,8 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,25-4,50 persen.
“Jika The Fed mengambil sikap hawkish, kita mungkin akan melihat tekanan tambahan pada harga Bitcoin. Sebaliknya, jika inflasi sesuai atau lebih rendah dari ekspektasi, Bitcoin bisa mendapatkan sentimen positif karena pasar akan mengantisipasi kebijakan moneter yang lebih dovish dari The Fed menjelang tahun 2025,” ujar Panji dalam risetnya di Jakarta, Selasa, 10 Desember 2024.
Baca juga: IBK Bank Indonesia Bidik Laba Rp220 Miliar di 2025, Begini Strateginya
Baca juga: BEI Perluas Daftar Saham yang Masuk ke Fase Pre-Opening
Sentimen lain yang akan memengaruhi gerak Bitcoin adalah data Indeks Harga Konsumen (CPI) yang dijadwalkan rilis pada Rabu dan Kamis, data klaim pengangguran awal diikuti Producer Price Index (PPI) juga akan menjadi perhatian utama investor.
Proyeksi menunjukkan ada kenaikan bulanan sebesar 0,3 persen, sedangkan inflasi inti atau core inflation diperkirakan stabil di 3,3 persen secara tahunan (yoy).
“Jika inflasi melebihi ekspektasi, mungkin akan menambah tekanan ke Bitcoin untuk jangka pendek. Sementara jika CPI sesuai atau lebih rendah dari ekspektasi pasar Bitcoin bisa mendapatkan dorongan untuk kembali menguji harga USD100.000,” imbuhnya.
Adapun sentimen lain yang mendukung Bitcoin di tengah ketidakpastian saat ini datang dari MicroStrategy yang baru-baru ini mengumumkan pembelian tambahan 21.550 BTC senilai USD2,1 miliar, dengan rata-rata harga USD98.783 per koin.
Baca juga: Transaksi Ajaib Kripto Naik 10 Kali Lipat hingga Oktober 2024, Ini Nilainya
Di sisi lain, Panji menambahkan bahwa investor institusional tetap optimis terhadap prospek Bitcoin, bahkan di tengah volatilitas jangka pendek.
“Dalam jangka pendek, investor perlu memantau data ekonomi dengan saksama. Namun, prospek jangka panjang Bitcoin tetap positif, terutama dengan dukungan dari investor institusional dan kebijakan pro-kripto dari pemerintahan Trump,” tutup Panji. (*)
Editor: Yulian Saputra
Jakarta – PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank) mengungkapkan sejumlah rencana strategis dalam penguatan… Read More
Jakarta - Kehadiran layanan digital perbankan atau super apps telah mengubah lanskap industri keuangan. Kini, super… Read More
Jakarta - Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Ribka Haluk terus mendorong pemerintah daerah, terutama di… Read More
Jakarta - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank menyalurkan fasilitas kredit modal kerja ekspor… Read More
Jakarta - PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP), atau Indonesia AirAsia, menyiapkan 554 ribu kursi penerbangan… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali mencabut izin usaha PT BPR Pakan Rabaa Solok… Read More