Categories: Analisis

Bisnis Melambat, Sektor Konsumer Masih Biru

Selagi daya beli masyarakat masih cukup tinggi, sektor konsumer masih akan stabil apapun kendalanya. Dwitya Putra

Jakarta – Perlambatan ekonomi global membawa efek negatif terhadap seluruh sektoral saham di pasar modal. Banyak sektoral saham di lantai bursa yang berguguran dan tercatat minus secara years on years (yoy).

Satu-satunya sektor saham yang masih bisa tercatat tumbuh secara yoy bila dilihat dari indeks kinerja sahamnya yakni hanya sektor konsumer.

Berdasarkan data yang diolah infobank, Kamis, 1 Oktober 2015, Indeks sektor konsumer sampai Agustus 2015 tercatat tumbuh 2,11% ke level 2,106.558. Saat ini total emiten sektor konsumer ada sekitar 37 dengan prosentase kapitalisasi pasar mencapai 22%.

Padahal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Sampai periode Agustus 2015 years to date, tercatat minus 12,21% ke level 4,509,60 dan Indeks Liquid45 minus 11,32% ke level 770.81.

Apa yang membuat sektor ini masih bisa kuat dan tahan banting ditengah kondisi pelemahan ekonomi global?

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya mengatakan kuatnya sektor konsumer di tengah perlambatan dan currency efek, karena barang konsumsi memiliki flexibilitas untuk mengikuti harga jual.Artinya, disaat harga barang produksi meningkat, seiring menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah, harga jual barangpun akan mengikuti.

Ia sendiri tak menampik, perlambatan ekonomi global secara umum juga menyerempet sektor konsumer. Namun dampaknya tidak terlalu besar seperti sektor lainnya.

“Hal ini mengingat kebutuhan masyarakat masih cukup tinggi,” jelas William di Jakarta, Kamis, 1 Oktober 2015.

Kondisi itu mendorong perusahaan-perusahaan atau emiten di sektor ini banyak juga yang mengalami perlambatan, namun tetap menghasilkan laba.

Contohnya saja PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood). Pada periode Juni 2015, emiten dengan kode saham INDF ini tercatat mengalami penurunan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada entitas induk 25,3% menjadi Rp1,73 triliun dari sebelumnya diperiode sama Rp2,32 triliun.

Sementara PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) justru berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp2,93 triliun pada semester I 2015 atau naik tipis 2,9% dari periode sebelumnya sebesar Rp2,847 triliun.Kenaikan ini ditopang oleh penjualan perseroan yang mengalami kenaikan dari sebelumnya mencapai Rp17,58 triliun pada Juni 2014, menjadi Rp18,801 triliun di Juni 2015.

Head of research PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan sektor konsumer sangat dipengaruhi daya beli masyarakat. Selagi daya beli masyarakat masih cukup tinggi, sektor ini masih akan stabil apapun kendalanya.

Ia melihat, dengan melemahnya nilai tukar rupiah, banyak perusahaan disektor ini putar otak mengatasi ongkos produksi yang meningkat. Artinya untuk meminimalisasi pembengkakan beban yang besar, perusahaan harus menaikan harga jual.Konsekuensinya jelas, jika kenaikan tidak dilakukan secara bertahap, daya beli pelanggan bisa menurun.”Jadi tinggal pintar-pintar si perusahaan atau emiten untuk mengatasinya,” kata Reza.

Ia sendiri menganggap kondisi perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini telah membuat daya beli masyarakat sedikit berkurang. Kekuatan beli masyarakat yang masih sangat besar hanya terdapat pada kelas menengah keatas. Sementara menengah kebawah mulai menghemat pengeluaran atau mengencangkan ikat pinggang, hal ini bisa dilihat di pusat pembelanjaan.

Untuk tahun depan, jika kondisi seperti ini masih tidak berubah, ia menilai sektor ini akan mulai terkena imbas lebih dalam.Untuk meningkatkan daya beli masyarakat, pemerintah harus bisa menjaga perekonomian tahun depan bisa lebih baik. Paling tidak nilai tukar rupiah harus distabilkan. Karena semakin melemah nilai tukar rupiah terhadap dolar, maka daya beli masyarakat juga akan ikut melemah.

Kedua analis tersebut diatas merekomendasikan, saham-saham sektor konsumer yang masih potensial kedepan yakni  Kalbe Farma (KLBF), Indofood Sukses Makmur (INDF), Unilever (UNVR), Gudang Garam (GGRM), Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) dan Mayora Indah (MYOR). @dwitya_putra14

Apriyani

Recent Posts

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

31 mins ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

3 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

4 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

4 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

6 hours ago

Strategi Asuransi Tri Prakarta Perkuat Layanan bagi Nasabah

Poin Penting Tri Pakarta merelokasi Kantor Cabang Pondok Indah ke Ruko Botany Hills, Fatmawati City,… Read More

6 hours ago