Menurut Suwandi, kedua bisnis ini sudah memasuki masa jenuhnya. Hal ini sudah mulai terbaca sejak akhir tahun 2013, dan belum ada alternatif pembiayaan yang mampu menggantikan posisi kedua jenis pembiayaan tersebut.
Dia melanjutkan, pembiayaan alternatif masih dicari oleh para pelaku industri. Salah satunya adalah pembiayaan modal kerja dan pembiayaan infrastruktur. Hal ini masih menjadi ceruk pasar yang masih diolah oleh pelaku industri pembiayaan.
Baca juga: APPI Anggar Kasus Arjuna dan Bima Tida Berdampak Sistemik
“Untuk masuk ke pembiayaan lainnya, perusahaan pembiayaan masih mengalami kendala lainnya. Pihak perbankan masih belum yakin untuk memberikan pendanaan ke sektor tersebut,” kata Suwandi.
Tidak hanya keraguan dari pihak perbankan, pihak pejaminan kredit seperti Jamkrindo dan Askrindo juga belum memantapkan niatnya untuk membantu perusahaan pembiayaan. (*) Indra Haryono
Page: 1 2
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pengeluaran riil rata-rata per kapita masyarakat Indonesia sebesar Rp12,34 juta… Read More
Jakarta - Bank DBS Indonesia mencatatkan penurunan laba di September 2024 (triwulan III 2024). Laba… Read More
Jakarta - Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 15 November 2024,… Read More
Jakarta — Bank Indonesia (BI) dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) mencatat, penggunaan QRIS di Jawa Tengah… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, 15 November 2024, masih ditutup… Read More
Jakarta - PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia mencatat kinerja positif sepanjang kuartal III-2024.… Read More