Perbankan

Bisnis Bullion Bank jadi Mesin Baru Pendongkrak Kinerja BSI

Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI telah mendapatkan lisensi sebagai Bank Emas atau Bullion Bank pada Februari 2025. Ini menjadi salah satu strategi dalam mendukung pertumbuhan kinerja perseroan ke depannya.

Direktur Keuangan dan Strategi BSI, Ade Cahyo Nugroho, mengatakan di tiga bulan pertama BSI mendapatkan lisensi sebagai Bullion Bank telah mengalami peningkatan yang signifikan dari sisi transaksi cicil emas, gadai emas, hingga jumlah nasabah.

“Total hari ini yang terkait dengan pembiayaan aja tumbuh 80 persen lebih yang membeli emas secara cicil. Bahkan itu hampir 170 persen pertumbuhan yang membeli emas secara cicil,” ucap Ade Cahyo dalam Paparan Kinerja di Jakarta, 30 April 2025.

Baca juga: Transaksi Bank Emas Tembus Rp1 Triliun, Ada 17 Bank Minat Jalankan Bisnis Bullion

Ade Cahyo juga menambahkan bahwa, nasabah yang membeli secara cash melalui aplikasi BYOND by BSI mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Terlihat dari fee based income bisnis gadai BSI yang tumbuh hampir 50 persen secara tahunan.

Tidak hanya itu, penambahan jumlah rekening emas BSI per April 2025 juga tumbuh signifikan mencapai 140 ribu rekening dalam tiga bulan terakhir. Namun, angka tersebut masih jauh dari total nasabah BSI yang sebanyak 22 Juta nasabah.

“Nah makanya ini yang kami bersyukur cerita bank emas akan mewarnai strategi dari Bank Syariah Indonesia yang tentu ke depannya melengkapi layanan BSI yang kita selalu bilang finansial, spiritual, dan sosial,” imbuhnya.

Sementara, pada kuartal I 2025, BSI mencatat pertumbuhan laba bersih double digit sebesar 10,05 persen menjadi Rp1,87 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.

Raiahan laba bersih ini ditopang pendapatan BSI yang meningkat sebesar 9,3 persen year on year menjadi Rp7,10 triliun. Kontribusi pendapatan tersebut utamanya berasal dari margin bagi hasil dan pendapatan provisi.

Baca juga: Laba Bersih BSI Tumbuh Double Digit Jadi Rp1,87 Triliun di Q1 2025

Rinciannya, pendapatan margin bagi hasil naik 10,21 persen secara tahunan menjadi Rp5,64 triliun dan fee based income tumbuh 6,42 persen menjadi Rp923,87 miliar.

Kemudian, pembiayaan BSI juga mengalami pertumbuhan double digit sebanyak 11,21 persen year on year menjadi Rp287 triliun per Maret 2025 dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai Rp247 triliun. Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,4 persen menjadi Rp319 triliun. (*)

Editor: Galih Pratama

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

BAKN DPR Minta Aturan Larangan KUR bagi ASN Ditinjau Ulang, Ini Alasannya

Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More

28 mins ago

IHSG Sesi I Ditutup Menguat ke 8.655 dan Cetak ATH Baru, Ini Pendorongnya

Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More

1 hour ago

Konsumsi Produk Halal 2026 Diproyeksi Tumbuh 5,88 Persen Jadi USD259,8 Miliar

Poin Penting Konsumsi rumah tangga menguat jelang akhir 2025, didorong kenaikan penjualan ritel dan IKK… Read More

3 hours ago

Menteri Ara Siapkan Ratusan Rumah RISHA untuk Korban Banjir Bandang Sumatra, Ini Detailnya

Poin Penting Kementerian PKP tengah memetakan kebutuhan hunian bagi korban banjir bandang di Sumatra melalui… Read More

3 hours ago

Livin’ Fest 2025 Resmi Hadir di Bali, Bank Mandiri Dorong UMKM dan Industri Kreatif

Poin Penting Livin’ Fest 2025 resmi digelar di Denpasar pada 4-7 Desember 2025, menghadirkan 115… Read More

3 hours ago

Sentimen The Fed Bisa Topang Rupiah, Ini Proyeksi Pergerakannya

Poin Penting Rupiah berpotensi menguat didorong ekspektasi kuat pasar bahwa The Fed akan memangkas suku… Read More

4 hours ago