Keuangan

Bisnis Baru Prudential Didominasi Produk Asuransi Tradisional, Capai 80 Persen

Poin Penting

  • 80 persen bisnis baru Prudential Indonesia saat ini berasal dari produk asuransi tradisional, seiring melemahnya penjualan unit link akibat regulasi ketat.
  • Portofolio keseluruhan masih didominasi unit link (70 persen), namun arah strategi ke depan lebih fokus pada produk tradisional.
  • Unit link tetap relevan untuk segmen tertentu seperti nasabah bancassurance kelas affluent, sementara kanal agency lebih menyasar proteksi mass market.

Jakarta – Pergeseran strategi tengah terjadi di industri asuransi jiwa Indonesia. Produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit link, yang sebelumnya menjadi primadona, kini mulai tertekan setelah regulasi baru yang memperketat praktik pemasaran.

Tren tersebut mendorong perusahaan-perusahaan asuransi, termasuk Prudential Indonesia mengalihkan fokus ke produk asuransi tradisional.

Vice President Director Prudential Indonesia, Vikas Sinha menyebut bahwa porsi bisnis baru Prudential saat ini hampir seluruhnya digerakkan oleh produk tradisional.

“Kalau di new business, saat ini hampir 80 persen sudah tradisional. Sementara unit link makin kecil porsinya,” ujarnya saat ditemui usai acara peluncuran PRUInfinity di Jakarta, Senin, 29 September 2025.

Baca juga: Prudential Gandeng UOB Genjot Premi Kanal Bancassurance

Meski demikian, portofolio yang sudah berjalan masih menunjukkan dominasi unit link.

“Sekitar 70 persen masih investasi atau unit link, dan 30 persen tradisional. Jadi, secara total portofolio, unit link masih besar. Tapi untuk bisnis baru, arah kami lebih banyak ke tradisional,” jelas Vikas.

Ia menegaskan, meskipun tren saat ini condong ke produk tradisional, unit link tetap memiliki peran penting. Produk ini dianggap relevan untuk segmen tertentu, terutama nasabah bancassurance yang berasal dari kalangan high net worth.

“Kalau bicara kanal bancassurance, nasabahnya lebih banyak segmen affluent. Mereka biasanya mau ambil sedikit risiko dalam portofolio keuangan, sehingga produk investasi seperti unit link tetap diminati,” katanya.

Baca juga: Survei Prudential Ungkap Warga RI Ngaku Tunda Perawatan Kesehatan, Ini Alasannya

Sementara itu, di kanal agency yang menyasar pasar mass market, kebutuhan proteksi lebih dominan.

Agency lebih banyak bergerak ke arah proteksi, baik itu kesehatan, tabungan, atau endowment. Jadi memang produk tradisional lebih cocok untuk segmen ini,” tambahnya.

Regulasi yang lebih ketat memang menekan penjualan unit link. Namun, Prudential percaya produk ini tidak akan hilang dari pasar.

Unit link jelas turun karena regulasi. Tapi kami percaya investasi masih memainkan peran penting. Kami juga terus berdialog dengan regulator untuk mengembalikan sentimen dan kepercayaan masyarakat,” tegas Vikas. (*) Alfi Salima Puteri

Yulian Saputra

Recent Posts

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

9 hours ago

Jadwal Operasional BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More

10 hours ago

Bank Jateng Setor Dividen Rp1,12 Triliun ke Pemprov dan 35 Kabupaten/Kota

Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More

11 hours ago

Pendapatan Tak Menentu? Ini Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancer

Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More

12 hours ago

Libur Nataru Aman di Jalan, Simak Tips Berkendara Jauh dengan Kendaraan Pribadi

Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More

21 hours ago

Muamalat DIN Dukung Momen Liburan Akhir Tahun 2025

Bank Muamalat memberikan layanan “Pusat Bantuan” Muamalat DIN. Selain untuk pembayaran, pembelian, atau transfer, nasabah… Read More

22 hours ago