Jakarta – Merencanakan biaya pendidikan anak sebaiknya dilakukan orang tua sejak dini agar tidak menyulitkan perencanaan keuangan di kemudian hari. Hal ini mengingat biaya pendidikan semakin menguras dompet.
Apalagi, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, biaya pendidikan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan 10-15% per tahun dan menempatkannya sebagai salah satu inflasi tertinggi di Indonesia.
Perencana Keuangan dari Advisor Alliance Group Andy Nugroho menekankan pentingnya perencanaan biaya pendidikan sejak dini. Ini karena biaya pendidikan anak yang harus dikeluarkan orang tua jumlahnya sangat fantastis.
“Bahkan, dana pendidikan yang dibutuhkan seorang anak dari TK hingga perguruan tinggi berkisar Rp300 juta. Ini merupakan uang pangkal masuk sekolah dan biaya pendidikan dari masuk hingga lulus kuliah,” jelasnya, saat dihubungi Infobanknews, Selasa, 11 Juli 2023.
Baca juga: Rajin Nabung Tapi Keuangan Masih ‘Bocor’? Ini Penyebabnya
Menurutnya, ada berbagai cara yang bisa dilakukan orang tua dalam merencanakan biaya pendidikan anak. Antara lain, orang tua bisa mencari tahu dan melakukan estimasi berapa besaran biaya pendidikan yang dibutuhkan buah hati semenjak kecil hingga bangku kuliah.
“Caranya dengan mencari biaya nya saat ini, dan dihitung menggunakan konsep time value of money, biaya pada si anak akan masuk sekolah tersebut,” terangnya.
Setelah didapatkan, maka orang tua bisa melakukan estimasi berapa dana yang harus disisihkan setiap bulannya untuk mendapatkan hasil tersebut.
Misalnya, kata dia, dana yang dibutuhkan adalah sebesar Rp300 juta, di mana si anak akan kuliah 17 tahun lagi. Secara sederhana, kita melakukan estimasi bahwa orang tua sebaiknya menabung sebesar Rp17,6 juta pertahun atau Rp1,5 juta perbulan.
“Dana yang disisihkan tersebut sebaiknya ditaruh di produk keuangan yang cukup likuid agar bisa segera dicairkan apabila dibutuhkan semisal di deposito, SUN, reksadana berbasis pasar uang dan Pendapatan tetap, atau logam mulia,” bebernya.
Baca juga: Mengoptimalkan Proteksi dan Investasi dengan PAYDI
Namun, kata dia, apabila untuk jangka panjang semisal dana untuk kuliah yang masih belasan tahun lagi, maka bisa diinvestasikan ke dalam produk yang kurang likuid.
Misalnya saja, seperti di properti atau instrument investasi yang berisiko tinggi namun potensi pengembalian juga tinggi seperti di reksa dana pasar saham atau pasar saham langsung.
Karena konsep dana pendidikan itu adalah ada atau tidak adanya si orang tua pencari nafkah, maka lanjut dia, si anak tetap harus sekolah dan sebisa mungkin bersekolah yang memang dicita citakan. Oleh karena itu, selain menabung, penting bagi orang tua atau pencari nafkah sebaiknya memiliki asuransi jiwa.
“Jadi semisal terjadi musibah, maka si anak tetap dapat bersekolah di tempat yang diinginkan,” pungkasnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More