Moneter dan Fiskal

BI Ungkap 3 Tantangan Besar Hantui Stabilitas Sistem Keuangan

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan sejumlah tantangan yang akan dihadapi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan (SSK), termasuk juga pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, tantangan pertama, yakni dari perekonomian global. Dengan siklus keuangan global yang melonggar perlu dimanfaatkan untuk mendorong pembiayaan ekonomi.

“Bagaimana kita bisa memanfaatkan siklus keuangan global yang sudah mulai melonggar ini untuk pembiayaan dari perekonomian kita. Karena di tahun-tahun ke depan tentunya kebutuhan akan pembiayaan ekonomi semakin berkembang,” ujar Juda dalam Peluncuran Kajian Stabilitas Keuangan No.43, Rabu, 2 Oktober 2024.

Baca juga: BI Hentikan Publikasi JIBOR Mulai 1 Januari 2026

Namun, di sisi lain dinamika ekonomi dan keuangan global berkembang begitu cepat, termasuk risiko geopolitik yang berimplikasi terhadap ekonomi.

“Baik itu harga minyak, value, global supply chain dan sebagainya yang tentu saja ini risiko yang harus kita cermati dan kita kelola dengan baik di depan,” jelasnya.

Tantangan kedua adalah meningkatnya risiko operasional dari digitalisasi keuangan. Ancaman siber yang semakin terus terjadi, dengan intensitas dan kompleksitas yang meningkat. Serta meningkatnya fraud yang merusak reputasi dan kepercayaan masyarakat, dan risiko operasional dari layanan penyedia teknologi kritikal.

“Digitalisasi tentu saja membawa manfaat yang besar bagi perekonomian kita dalam bentuk akses keuangan yang lebih mudah yang akan mendorong transformasi ekonomi. Namun kita juga harus menyadari bahwa manfaat tersebut datang dibarengi dengan risiko baru yang harus kita antisipasi,” paparnya.

Baca juga: KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan RI Masih Terjaga di Triwulan II 2024

Ketiga, risiko iklim terus mengarah pada risiko transisi yang semakin nyata, seperti penurunan nilai aset berbasis energi fosil, ataupun kesulitan pendanaan akibat aktivitas bisnis yang bersifat brown.

“Penting bagi sektor keuangan untuk mengintegrasikan risiko perubahan iklim dalam proses bisnis, termasuk bagaimana sektor keuangan mampu mengukur emisi dari berbagai aktivitas dan mengurangi dampak lingkungan,” imbuh Juda. (*)

Editor: Yulian Saputra

Irawati

Recent Posts

Kolaborasi Majoris AM dan Istiqlal Global Fund Luncurkan Program Wakaf Saham

Poin Penting Majoris Asset Management dan IGF-BPMI meluncurkan Program Wakaf Saham Masjid Istiqlal, memungkinkan masyarakat… Read More

2 hours ago

Saham Indeks INFOBANK15 Bergerak Variatif di Tengah Penguatan IHSG

Poin Penting IHSG tetap menguat, ditutup naik 0,46 persen ke level 8.660,59 meski mayoritas indeks… Read More

2 hours ago

Sun Life dan CIMB Niaga Kenalkan Dua Produk Berdenominasi USD

Wealth Practice bertajuk “Legacy in Motion: The Art of Passing Values, Wealth, and Business” persembahan… Read More

6 hours ago

BSI Salurkan Bantuan 78,8 Ton Logistik Senilai Rp12 Miliar untuk Korban Bencana Sumatra

Poin Penting BSI dan BSI Maslahat menyalurkan bantuan 78,7 ton senilai Rp12 miliar bagi korban… Read More

15 hours ago

Daftar Saham Penopang IHSG Sepekan: BUMI, BRMS hingga DSSA

Poin Penting IHSG menguat 0,32 persen sepanjang pekan 8–12 Desember 2025 dan ditutup di level… Read More

15 hours ago

IHSG Sepekan Naik 0,32 Persen, Kapitalisasi Pasar Jadi Rp15.882 Triliun

Poin Penting IHSG naik 0,32 persen dalam sepekan ke level 8.660,49, serta mencatat rekor tertinggi… Read More

16 hours ago