Jakarta – Transaksi Local Currency Settlement (LCS) antara Indonesia dan Tiongkok tampak menunjukkan perkembangan yang menjanjikan. Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti mengungkapkan bahwa selama tiga bulan terakhir, jumlah rata-rata transaksi bulanan mencapai 15 juta transaksi.
“Meskipun baru dimulai pada September 2021, aplikasi LCS RI-Tiongkok menunjukkan peningkatan yang menjanjikan. Rata-rata transaksi bulanan mencapai 15 juta transaksi dalam 3 bulan,” ujar Destry secara virtual, Kamis, 23 Desember 2021.
Ia menjelaskan, Tiongkok saat ini menjadi negara keempat yang sudah menerapkan transaksi LCS dengan Indonesia. Ketiga negara lainnya adalah Malaysia, Thailand, dan Jepang.
Destry mengungkapkan, transaksi LCS memiliki berbagai manfaat seperti, (1) lebih efektifnya biaya alih mata uang untuk bertransaksi, (2) kesempatan alternatif untuk mendapatkan Direct Foreign Investment (3) instrumen hedging alternatif dengan mata uang lokal (4) diversifikasi eksposur mata uang dalam setelmen transaksi.
Untuk itu, ia percaya transaksi LCS akan menguntungkan kedua negara dan semakin memudahkan iklim bisnis. “Kami optimis transaksi LCS akan terus meningkat, sejalan dengan meningkatnya aktivitas bisnis dan investasi,” ucap Destry. (*)
Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar (M2) tetap tumbuh. Posisi M2 pada Oktober 2024 tercatat… Read More
Jakarta - PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) kembali meraih peringkat "Gold Rank" dalam ajang Asia… Read More
Jakarta – Menjelang akhir 2024, PT Hyundai Motors Indonesia resmi merilis new Tucson di Indonesia. Sport Utility Vehicle (SUV)… Read More
Jakarta - Romy Wijayanto, Direktur Keuangan & Strategi Bank DKI menerima penghargaan sebagai Most Popular… Read More
Jakarta - Kementerian Koperasi (Kemenkop) menegaskan peran strategis koperasi, khususnya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), dalam… Read More