Moneter dan Fiskal

BI: Tekanan Inflasi di Jakarta Masih Rendah

Jakarta – Tekanan inflasi DKI Jakarta sampai dengan April 2016 relatif masih rendah dan terkendali. Hal ini tercermin pada Indeks Harga Konsumen (IHK) yang menunjukkan deflasi 0,27% (month to month/mtm), jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan historisnya (0,05% mtm, lima tahun terakhir), maupun dengan realisasi inflasi nasional yang mencapai inflasi sebesar 0,16% (mtm).

Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Doni P. Joewono, kebijakan pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, yang diikuti oleh BBM nonsubsidi, berdampak pada turunnya harga-harga komoditas lain terutama tarif transportasi dan listrik. Kondisi ini mendorong perkembangan harga di Jakarta mengalami deflasi 0,27%

“Dengan perkembangan ini, inflasi tahunan pada bulan April turun menjadi 3,06% (year on year/yoy) dari 3,62% pada bulan sebelumnya,” ujar Doni dalam keterangannya di Jakarta, Senin malam,  2 Mei 2016.

Deflasi DKI Jakarta pada April 2016 juga dipicu oleh turunnya harga-harga komoditas bumbu-bumbuan. Cabai merah dan cabe rawit mengalami deflasi cukup dalam, masing-masing sebesar 26% dan 18% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi. Mulai berkurangnya curah hujan, mendorong perbaikan hasil produksi tanaman aneka bumbu.

Selain itu, rendahnya inflasi Jakarta juga didorong oleh deflasi yang terjadi pada komoditas beras (0,10%, mtm). Mulai masuknya masa panen di beberapa sentra produksi pemasok beras Jakarta mendorong stok beras mulai meningkat. Peningkatan pasokan beras dari hasil panen daerah sentra diperkirakan masih akan berlanjut pada bulan Mei 2016.

Berdasarkan disagregasinya, deflasi terutama berasal dari kelompok administered prices (harga komoditas yang ditentukan pemerintah) terkait dengan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan nonsubsidi. Kebijakan ini diambil untuk menyesuaikan dengan perkembangan harga minyak internasional, yang masih pada level rendah.

Merespons perubahan harga BBM, tarif tenaga listrik juga disesuaikan pada 1 April 2016 dan tarif angkutan darat (angkutan antarkota dan taksi) mulai turun pada 8 April 2016. Dengan perkembangan tersebut tarif listrik mengalami deflasi 2,32% (mtm) dan tarif taksi mengalami deflasi 5,76% (mtm). Sementara itu, penurunan tarif angkutan dalam kota masih belum sepenuhnya mengikuti kebijakan penurunan tarif, dengan deflasi yang hanya tercatat sebesar 1,25% (mtm).

Deflasi juga dipicu oleh koreksi beberapa komoditas dalam kelompok volatile food (harga pangan yang bergejolak). Kelompok Bahan Makanan mencatat deflasi sebesar 0,21% (mtm), dengan deflasi berasal dari subkelompok bumbu-bumbuan (0,13%), Daging dan hasil-hasilnya 0,03%), serta padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya (0,03%).

“Faktor cuaca yang lebih kondusif bagi tanaman hortikultura dan mulai masuknya panen beras di beberapa daerah sentra menjadi faktor pendorongnya,” tukas Doni.

Kelompok inti pada April 2016 masih mencatat inflasi, namun tetap terkendali. Sama seperti bulan sebelumnya, inflasi utamanya berasal dari kelompok kesehatan yang mengalami inflasi sebesar 0,88% (mtm), didorong oleh meningkatnya harga obat-obatan, diikuti oleh kelompok sandang dengan inflasi sebesar 0,27% (mtm), yang didorong oleh kenaikan indeks harga emas perhiasan (0,18%, mtm).

Kenaikan harga emas perhiasan tersebut mengikuti tren kenaikan harga emas dunia yang mulai meningkat sejak awal tahun. Secara umum, inflasi inti sepanjang tahun 2016 relatif masih terjaga. Nilai tukar yang cenderung menguat serta daya beli masyarakat yang masih rendah menjadi faktor pendukung stabilnya kelompok inti.

Menurutnya, koordinasi yang intensif antara Bank Indonesia, Pemerintah Provinsi DKI serta BUMD yang bergerak di bidang pangan melalui TPID sangat diperlukan untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi untuk keseluruhan tahun 2016. Penguatan peran BUMD serta kerjasama pangan antardaerah terkait penyiapan stok makanan jelang bulan Ramadhan menjadi faktor kunci terkendalinya inflasi Jakarta dalam menghadapi hari raya keagamaan.

“Perlu komitmen yang kuat dari berbagai pihak agar tercapai kestabilan harga di Jakarta,” tutupnya. (*)

Editor : Apriyani K

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Pasar Modal Indonesia Volatil, OJK: Masih Ada Kepercayaan dari Investor Retail

Jakarta - Saat ini, pasar modal Indonesia tengah menghadapi kondisi yang volatil. Menurut Ketua Dewan… Read More

20 mins ago

Trump dan Powell: Kisah Klasik Fiskal-Moneter

Oleh Muhammad Edhie Purnawan, Pengajar pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah… Read More

2 hours ago

Jadi Tuan Rumah Undian Simpeda, Bank BPD DIY Siap Pamerkan Wisata Budaya Yogyakarta

Jayapura – Undian Tabungan Simpeda Periode ke 2 Tahun XXXV-2025 sukses digelar Bank Papua, Jayapura… Read More

8 hours ago

Asbanda dan Bank Papua Gelar Pengundian Tabungan Simpeda 2025, Ini Pemenangnya!

Jayapura – Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) dan Bank Papua menggelar Undian Tabungan Simpeda Nasional… Read More

8 hours ago

OJK Infinity 2.0 Resmi Mengaspal, Jadi Motor Penggerak Keuangan Digital RI

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama seluruh pemangku kepentingan terus mendorong pengembangan inovasi keuangan… Read More

9 hours ago

Bos OJK: Perbankan RI Masih Pede Hadapi Dampak Perang Dagang

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tetap optimistis terhadap kinerja industri perbankan Indonesia di tengah… Read More

10 hours ago