News Update

BI Sebut Peringkat Investment Grade RI BBB+, Tertinggi dalam Sejarah

Jakarta – Japan Credit Rating Agency, Ltd. (JCR) meningkatkan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia dari BBB/outlook positif menjadi BBB+/outlook stabil (investment grade) pada 31 Januari 2020.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyebut peningkatan rating Indonesia oleh JCR pada level BBB+ dengan outlook stabil mencerminkan semakin meningkatnya keyakinan stakeholder internasional terhadap ketahanan perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian perekonomian global.

“Level BBB+/outlook stabil (investment grade) tersebut merupakan  level rating tertinggi sepanjang sejarah yang dicapai Indonesia. Pencapaian ini merupakan komitmen kuat Bank Indonesia, Pemerintah dan otoritas terkait dalam mempertahankan stabilitas ekonomi Indonesia,” kata Perry melalui keterangan resminya di Jakarta, Jumat 31 Januari 2020.

Perry menambahkan, ke depannya BI akan terus mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif untuk menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal, serta turut mendukung momentum pertumbuhan ekonomi.

Menurut JCR, rating Indonesia mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang solid ditopang oleh konsumsi domestik, terjaganya level defisit anggaran dan utang pemerintah, resiliensi terhadap gejolak eksternal yang didukung oleh kebijakan nilai tukar fleksibel dan kredibilitas kebijakan moneter serta akumulasi cadangan devisa.

Terdapat beberapa faktor yang mendukung peningkatan Sovereign Credit Rating Indonesia. Pertama, dalam hal implementasi agenda reformasi pembangunan infrastruktur terus berlanjut, lebih baik dibandingkan ekspektasi JCR. Kedua, berlanjutnya reformasi pengeluaran fiskal dan terjaganya defisit anggaran yang dicapai melalui pengendalian subsidi bahan bakar minyak (BBM). JCR memandang fondasi fiskal dan ekonomi Indonesia semakin kuat.

Selain itu, faktor ketiga ialah percepatan upaya untuk mengatasi tantangan jangka panjang, antara lain melalui simplifikasi peraturan dengan rencana penerbitan UU Omnibus untuk memfasilitasi aliran investasi langsung, pengembangan infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia. Keempat, dukungan politik pada pemerintahan Presiden Joko Widodo yang semakin solid sehingga memperkuat momentum kebijakan ekonomi.

JCR menilai pembangunan infrastruktur yang telah menjadi prioritas utama pemerintahan Presiden Joko Widodo sejak Oktober 2014 secara konsisten terus berlanjut. JCR juga mencatat bahwa pada periode kedua pemerintahannya, Presiden Joko Widodo menegaskan untuk terus memperkuat upaya refomasi dengan menetapkan lima agenda prioritas: i) pembangunan infrastruktur, ii) pengembangan sumber daya manusia, iii) penyederhanaan ketentuan melalui penerbitan UU Omnibus, iv) reformasi birokrasi, v) transformasi ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya alam.

Secara khusus, UU Omnibus yang saat ini masih dalam proses penyusunan, adalah upaya ambisius untuk mengintegrasikan amandemen lebih dari 80 ketentuan, yang selama ini dinilai menjadi hambatan dalam investasi.

BI dianggap mampu menjaga keseimbangan antara menjaga stabilitas eksternal dan menjaga momentum ekonomi domestik melalui kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif, penguatan lebih lanjut kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuanganserta koordinasi dengan Pemerintah dan lembaga terkait. Sejak 2019, BI berupaya untuk mendorong pertumbuhan kredit melalui kombinasi penurunan suku bunga kebijakan dan relaksasi kebijakan makroprudensial.

Ketahanan fiskal Indonesia terjaga dengan rasio utang Pemerintah terhadap PDB yang terbatas di sekitar 30%. JCR menilai Pemerintah memiliki rencana yang cukup feasible untuk menurunkan defisit fiskal menjadi 1,76% PDB pada 2020 dan menurunkan rasio utang Pemerintah di bawah 30% PDB dalam jangka menengah.

Selanjutnya, di tengah pentingnya upaya pendalaman pasar keuangan, kesehatan perbankan Indonesia tetap solid, dengan rasio kecukupan modal (CAR) dan rasio kredit bermasalah (NPL gross) pada November 2019, masing-masing sebesar 23,66% dan 2,77%. JCR sebelumnya memperbaiki outlook Sovereign Credit Rating Republik Indonesia dari Stable menjadi Positive, sekaligus mengafirmasi rating pada BBB (Investment Grade) pada 26 April 2019. (*)

Editor: Rezkiana Np

Suheriadi

Recent Posts

Konsumsi Meningkat, Rata-Rata Orang Indonesia Habiskan Rp12,3 Juta di 2024

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pengeluaran riil rata-rata per kapita masyarakat Indonesia sebesar Rp12,34 juta… Read More

2 hours ago

Laba Bank DBS Indonesia Turun 11,49 Persen jadi Rp1,29 Triliun di Triwulan III 2024

Jakarta - Bank DBS Indonesia mencatatkan penurunan laba di September 2024 (triwulan III 2024). Laba… Read More

2 hours ago

Resmi Diberhentikan dari Dirut Garuda, Irfan Setiaputra: Saya Terima dengan Profesional

Jakarta - Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 15 November 2024,… Read More

3 hours ago

IHSG Ditutup Bertahan di Zona Merah 0,74 Persen ke Level 7.161

Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, 15 November 2024, masih ditutup… Read More

4 hours ago

Naik 4 Persen, Prudential Indonesia Bayar Klaim Rp13,6 Triliun per Kuartal III-2024

Jakarta - PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia mencatat kinerja positif sepanjang kuartal III-2024.… Read More

5 hours ago

Kebebasan Finansial di Usia Muda: Tantangan dan Strategi bagi Gen-Z

Jakarta - Di era digital, keinginan untuk mencapai kebebasan finansial pada usia muda semakin kuat,… Read More

5 hours ago