News Update

BI Sebut Kredit Tumbuh 12,1% Tertinggi Dalam 5 Tahun

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat, penyaluran kredit pada November 2018 mengalami pertumbuhan sebesar 12,1 persen. Angka tersebut menurut BI merupakan pertumbuhan paling tinggi sejak lima tahun terakhir yang tumbuh dibawah 11 persen secara tahunan (yoy).

Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengatakan, pertumbuhan kredit November 2018 yang sebesar 12,1 persen tersebut ditopang oleh berbagai sektor. Erwin mengungkapkan, industri pengolahan, dan perdagangan merupakan sektor-sektor yang paling menyumbang adanya pertumbuhan.

“Kredit November 12,1 persen, ini pertumbuhan yang kita harapkan, dan ini tertinggi sejak lima tahun terakhir. Tahun 2015, kredit itu tumbuh 10,45 persen, 2016 7,8 persen, 2017 tumbuh 8,2 persen, dan sekarang kita bsa tumbuh dua digit,” ujarnya di Jakarta, Kamis, 17 Januari 2019.

Sementara itu, di sisi lain, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) juga tetap rendah yaitu sebesar 2,7 persen (gross) atau 1,2 persen (net) per November 2018. BI meyakini, NPL akan terus mengalami penurunan, sejalan dengan tingkat kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit.

“Jadi turunnya relatif sangat baik. Kemudian juga kalau kita liat loan at risk itu juga mengalami penurunan. Sekarangkan kisaran 9,23 persen, sbelumnya 10,5 persen. Ini artinya terjadi penurunan di kolektibiltas II,” ucap Erwin.

Sementara untuk pertumbuhan kredit di 2019 ini, Bank Sentral menargetkan berada pada kisaran 10-12 persen. Namun berdasarkan Survei Perbankan BI, pertumbuhan kredit di triwulan I-2019 akan melambat, sejalan dengan penyaluran kredit yang akan lebih ketat.

Menurut BI, pengetatan penyaluran kredit terutama akan terjadi pada kredit investasi dan kredit modal kerja, yaitu pada aspek tingkat suku bunga kredit. Kondisi ini juga seiring dengan peningkatan bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate yang sudah naik sebanyak 175 bps disepanjang 2018.

Bank Sentral menegaskan, bahwa pertumbuhan kredit pada triwulan I-2019 yang diprakirakan melambat itu sejalan dengan pola historisnya yang menunjukkan kebutuhan pembiayaan nasabah masih terbatas di awal tahun. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

3 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

3 hours ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

5 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

5 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

6 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

6 hours ago