Headline

BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Kredit Jadi Single Digit

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengubah proyeksi pertumbuhan kredit akhir tahun ini menjadi single digit atau 8 persen dari kisaran sebelumnya yakni 8 sampai 10 persen. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan kredit yang masih lambat hingga September 2017.

Gubernur BI Agus DW Martowardojo, di Jakarta, Kamis, 16 November 2017 mengungkapkan, bahwa pertumbuhan kredit pada bulan September 2017 tercatat sebesar 7,86 persen (yoy), atau mengalami penurunan dibanding dengan bulan sebelumnya yakni 8,3 persen (yoy).

“Kita mengamati bahwa untuk kredit itu dibulan September tumbuh 7,86 persen (yoy), memang lebih rendah dibanding bulan Agustus. Tapi klo dibanding dengan bulan Juni itu tumbuhnya 7,55 persen. Jadi terlihat bahwa kalo dibanding Agustus itu ada sedikit penurunan,” ujarnya

Dengan pertumbuhan kredit di bulan September yang tercatat 7,86 persen maka secara year to date (Januari – September 2017) pertumbuhan kredit tercatat sebesar 3,8 persen. Atas kondisi tersebut, maka Bank Sentral mengubah proyeksi pertumbuhan kredit menjadi sebesar 8 persen.

“Kita melihat sampai akhir tahun bank akan berusaha untuk mencapai bisnis plan yang disampaikan, namun realisasinya akan ada dikisaran bawah dari target BI yang 8-10 persen, maka BI memperkirakan 8 persen tumbuhnya,” ucap Agus.

Masih rendahnya pertumbuhan kredit tersebut sejalan dengan masih lemahnya permintaan (demand) kredit. Selain itu, baik korporasi maupun banknyajuga tengah melakukan konsolidasi, sehingga hal tersebut telah menghambat permintaan kredit diperbankan.

“Korporasi-korporasi pada umumnya baru menyelesaikan konsolidasi dengan melakukan pengendalian biaya-biaya, sehingga mereka mau meyakini neraca mereka lebih sehat dan sekarang ini mereka belum mau mengajukan permintaan,” paparnya.

Namun demikian, kata dia, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga di tengah intermediasi perbankan yang belum kuat. Terjaganya stabilitas sistem keuangan tercermin pada rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan yang cukup tinggi pada level 23 persen dan rasio likuiditas pada level 22,6 persen di September 2017.

Sementara itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada September 2017 tercatat 11,7 persen (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya 9,6 persen (yoy). Untuk keseluruhan tahun 2017, DPK diperkirakan tumbuh sekitar 10 persen. “Rasio kredit bermasalah (NPL) juga berada di level 2,9 persen (gross) atau 1,3 persen (net),” tutupnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Evelyn Halim, Dirut SG Finance, Raih Penghargaan Top CEO 2024

Jakarta – Evelyn Halim, Direktur Utama Sarana Global Finance Indonesia (SG Finance), dinobatkan sebagai salah… Read More

1 hour ago

Bos Sompo Insurance Ungkap Tantangan Industri Asuransi Sepanjang 2024

Jakarta - Industri asuransi menghadapi tekanan berat sepanjang tahun 2024, termasuk penurunan penjualan kendaraan dan… Read More

2 hours ago

BSI: Keuangan Syariah Nasional Berpotensi Tembus Rp3.430 Triliun di 2025

Jakarta - Industri perbankan syariah diproyeksikan akan mencatat kinerja positif pada tahun 2025. Hal ini… Read More

2 hours ago

Begini Respons Sompo Insurance soal Program Asuransi Wajib TPL

Jakarta - Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menyoroti pentingnya penerapan asuransi wajib pihak ketiga… Read More

3 hours ago

BCA Salurkan Kredit Sindikasi ke Jasa Marga, Dukung Pembangunan Jalan Tol Akses Patimban

Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More

4 hours ago

Genap Berusia 27 Tahun, Ini Sederet Pencapaian KSEI di Pasar Modal 2024

Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More

4 hours ago