Market Update

BI: Perang Dagang AS-China Masih Jadi Pemicu Rupiah Melemah Lagi

Jakarta – Nilai tukar rupiah kembali melemah dan menyentuh level Rp14.900 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini (18/9). Bank Indonesia (BI) menilai, pelemahan rupiah yang sudah terlihat sejak awal pekan ini, lebih disebabkan oleh faktor eksternal, terutama akibat risiko perang dagang AS dan China.

Nilai tukar rupiah  pada hari ini dibuka melemah 18 poin atau 0,12 persen di level Rp14.898 per dolar AS. Rupiah semakin melemah pada pukul 08.48 WIB atau menyentuh level Rp14.919 per dolar AS melemah 39 poin atau 0,26 persen. Kemudian pukul 11.15 WIB rupiah berada di level Rp14.933 per dolar AS atau melemah 0,36 persen.

Perang dagang antara AS dan China telah memberikan  sentimen negatif pada negara-negara emerging market seperti Indonesia. Seperti diketahui, Trump akan mengenakan pajak sebesar 10 persen terhadap US$200 miliar barang dari China per 24 September. Kemungkinan besar, tarif pajak tersebut akan meningkat menjadi 25 persen pada tahun depan.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, untuk mengantisipasi pelemahan mata uang tersebut, bank sentral akan tetap berada di pasar dengan melakukan intervensi yang terukur. Sejauh ini, BI telah melakukan berbagai upaya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah mulai dari menaikkan suku bunganya hingga intervensi di pasar keuangan.

“BI akan terus intervensi, kita akan terus jaga stabilitas rupiah. Intervensi pun kita lakukan secara terukur,” ujarnya di Jakarta, Selasa, 18 September 2018.

Lebih lanjut dirinya berharap, agar kondisi eksternal yang tengah bergejolak tersebut tidak memberikan dampak yang berlebih di negara-negara emerging market seperti Indonesia, terutama dari sisi nilai tukar mata uang. Kendati demikian, bank sentral terus mewaspadai berbagai risiko-risiko yang akan mungkin akan muncul dari dari dampak kondisi global tersebut.

“Mudah-mudahan tekanannya tidak terlalu besar. Itu adalah salah satu risiko eksternal yang kita lihat dan itu juga kena ke currency di emerging markets,” ucap Dody.

Di sisi lain, tambah dia, Bank Sentral bersama dengan pemerintah juga terus melakukan koordinasi baik dari segi fiskal maupun moneter. Hal ini dilakukan agar mata uang Garuda tetap berada dalam nilai fundamentalnya. Dengan demikian, kepercayaan pasar (investor) terhadap Indonesia akan meningkat, sehingga perekonomian nasional ikut terjaga dan stabil. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

10 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

11 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

14 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

14 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

15 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

17 hours ago