Moneter dan Fiskal

BI: Penguatan Rupiah Masih Akan Berlanjut

Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus mengalami penguatan. Bank Indonesia (BI) pun memperkirakan, penguatan nilai tukar rupiah masih akan berlanjut untuk ke depannya. Hal ini sejalan dengan sudah mulai meredanya risiko pasar keuangan di global, khususnya terkait dengan perang dagang AS-China.

“Hari ini, dan dalam waktu beberapa hari ke depan kecenderungan nilai tukar rupiah stabil. bahkan ada kecenderungan apresiasi atau menguat,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, di Jakarta, Jumat, 21 September 2018.

Asal tahu saja, nilai tukar rupiah pagi hari ini dibuka menguat 29 poin atau 0,20 persen di level Rp14.820 per dolar AS, dan sepanjang perdagangan, hari ini laju rupiah bergerak di zona hijau sehingga mampu bertahan di level 14.800 an. Nilai tukar rupiah pun berakhir ditutup menguat 32 poin atau 0,22 persen ke level Rp14.817 per dolar AS.

Menurutnya, ada tiga faktor yang telah mendorong penguatan rupiah. Pertama, telah meredanya ketegangan perang dagang AS-China. Saat ini, kata Perry, banyak investor global termasuk fund manager besar melihat, bahwa perang dagang ini tidak berdampak baik pada perekonomian AS. Sehingga, investor mulai melirik investasi ke negara emerging market.

“Investor-investor global melihat bahwa perang perdagangan tidak berdampak baik tidak hanya bagi ekonomi global, tapi juga ekonomi AS. Jadi mereka mulai alokasikan portofolio yang tempo hari di tarik dari emerging market kembali lagi ke emerging market,” ucapnya.

Selanjutnya faktor kedua, yakni kepercayaan investor domestik dan global yang tinggi juga mendorong penguatan rupiah. Hal ini tidak terlepas dari langkah BI yang telah melakukan pengetatan kebijakan moneternya dan juga didukung oleh kebijakan pemerintah yang cukup kuat. Langkah Bank Sentral telah direspon positif oleh para investor domestik dan global.

“Jika dikomunikasikan ke investor besar di Singapura, London , New York mereka itu confidence ke ekonomi Indonesia kuat. Apalagi melihat kebijakan-kebijakan yang telah ditempuh BI dan pemerintah,” paparnya.

Kemudian faktor ketiga adalah, adanya kesadaran para pengusaha pemilik valas yang bergerak dibidang eksportir untuk ikut mendukung penguatan rupiah dengan melakukan penukaran dolar AS ke mata uang rupiah. Dengan demikian, suplai valas di pasar akan lebih besar, sehingga ketersediaan valas di dalam negeri akan tercukupi dengan adanya langkah tersebut.

“Eksportir dan pemilik valas semakin banyak menjual valas ke pasar sehingga tambah suplai dan suplai valas di pasar itu besar. Karena itu saya sampaikan terima kasih kepada pengusaha yang memang terus menjual DHE ke pasar valas. Baik dari eksportir maupun pengusaha,” tutupnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

OJK Terbitkan Aturan Terkait Perdagangan Kripto, Ini Isinya

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 27 Tahun 2024 tentang… Read More

2 hours ago

OJK: BSI Tengah Siapkan Infrastruktur untuk Ajukan Izin Usaha Bullion Bank

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membeberkan proses pengembangan kegiatan usaha bullion atau usaha yang berkaitan dengan… Read More

3 hours ago

Libur Natal dan Tahun Baru, CIMB Niaga Optimalkan Layanan Digital

Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) mengoptimalkan fasilitas digital banking yang dimiliki sebagai alternatif… Read More

3 hours ago

Jelang Libur Natal, IHSG Ditutup Merah ke Level 7.065

Jakarta - Menjelang libur dan cuti bersama perayaan Natal 2024, indeks harga saham gabungan (IHSG)… Read More

3 hours ago

Komisi VII DPR Dukung PPN 12 Persen, Asalkan…

Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI Dina Lorenza menyatakan dukungannya terhadap kenaikan Pajak Pertambahan… Read More

3 hours ago

Iwan Setiawan, Bos Rintis Raih Penghargaan Top 100 CEO 2024 dari Infobank

Jakarta – Presiden Direktur PT Rintis Sejahtera, Iwan Setiawan, kembali dinobatkan sebagai salah satu Top… Read More

4 hours ago