Jakarta – Pemerintah memproyeksikan nilai tukar rupiah akan terdampak cukup signifikan terhadap pelemahan ekonomi akibat pandemi virus corona (COVID19) di Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani bahkan menyebut skema terburuk outlook nilai tukar rupiah bisa menembus level 20.000/US$ hingga akhir tahun 2020. Namun dirinya berharap angka tersebut tidak akan terjadi dan Pemerintah optimis dapat menahan pelemahan tersebut.
“Mengenai kurs saya sampaikan Rp20.000 itu assesment forward look yang kita sampaikan dan diharapkan tidak terjadi,” kata Sri Mulyani melalui video confrence dengan media mengenai kondisi ekonomi di Jakarta, Rabu 1 April 2020.
Meski begitu, Bank Indonesia (BI) memastikan stabilitas nilai tukar rupiah akan terus terjaga ditengah pandemi virus corona (COVID-19). Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut saat ini stabilitas nilai tukar rupiah masih berada pada level yang cukup stabil memadai.
“Kalau tadi disampaikan kurs bisa 17.500/US$ atau sangat berat 20.000/US$ itu adalah akan kita antisipasi supaya tidak terjadi. Dalam hal ini saya sebagai Gub BI menyatakan tingkat rupiah saat ini sudah memadai,” ucap Perry.
Sebagai informasi saja, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, (1/4) kurs rupiah berada pada level Rp16.413/ US$ atau terlihat melemah dari posisi Rp16.367/US$ pada perdagangan kemarin (31/3). (*)
Editor: Rezkiana Np
Depok – PT BNI Sekuritas bersama Tomoro Coffee dan Bursa Efek Indonesia (BEI) menggelar Sekolah… Read More
Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) mengajak nasabah, khususnya para pelaku usaha… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kedatangan dua dari tiga perusahaan baru yang… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) memberi sinyal bakal menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate… Read More
Jakarta - Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat setelah memenangkan Pemilu 2024 dengan… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini, 6 November 2024, ditutup merosot 1,44… Read More